Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan defisit neraca dagang Indonesia dengan China menurun pada periode Januari-Maret 2021. Hal ini karena ada kenaikan ekspor besi baja dari Indonesia.
"Penurunan defisit ke China luar biasa karena besi baja (ekspor) tumbuh luar biasa. Ini yang sebabkan penurunan defisit tertinggi," ucap Lutfi dalam konferensi pers, Jumat (16/4).
Tercatat, neraca dagang Indonesia ke China pada Januari 2020 tekor atau minus US$1,75 miliar. Lalu, pada Februari kembali tekor US$0,02 miliar dan Maret 2020 tekor US$0,94 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, pada neraca dagang Indonesia dengan China pada Januari 2021 tercatat minus US$1,01 miliar. Lalu, defisit turun pada Februari 2021 menjadi US$0,83 miliar dan Maret 2021 sebesar US$0,16 miliar.
Sementara, neraca dagang Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) tercatat surplus sejak Januari 2020. Rinciannya, pada Januari 2020 sebesar US$1 miliar, Februari 2020 sebesar US$0,98 miliar, dan Maret 2020 sebesar US$0,77 miliar.
Selanjutnya, neraca dagang Indonesia dengan AS pada Januari 2021 surplus US$1 miliar, Februari 2021 US$1,13 miliar, dan Maret US$1,19 miliar.
Lutfi menyatakan besi baja menjadi pendorong utama ekspor Indonesia saat ini. Jumlahnya melonjak 60,67 persen pada Maret 2021 lalu.
Selain itu, komoditas lainnya yang mendorong ekspor, antara lain barang industri dan minyak nabati. Kenaikannya sebesar 45,35 persen.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang dalam negeri surplus sebesar US$1,57 miliar secara bulanan (month to month/mtm) pada Maret 2021 kemarin. Realisasi itu lebih rendah dari surplus US$2 miliar pada Februari 2021, tapi masih lebih tinggi dari surplus US$743 juta pada Maret 2020.
Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$5,52 miliar pada Januari-Maret 2021. Nilainya lebih tinggi dari surplus US$2,62 miliar pada Januari-Maret 2020.
Lihat juga:Buruh Ancam Adukan KFC ke Franchisor Global |