Laba Bersih Danamon Anjlok 41,76 Persen pada Kuartal I 2021
PT Bank Danamon Indonesia Tbk meraup laba bersih Rp522 miliar pada kuartal I 2021 atau anjlok 41,76 persen dari raihan periode yang sama tahun lalu, Rp1,25 triliun. Penurunan profit terjadi karena permintaan kredit menurun di tengah pandemi virus corona (covid-19).
Kendati begitu, Direktur Utama Danamon Yasushi Itagaki mengklaim permintaan kredit mulai pulih pada awal tahun ini, sehingga perusahaan masih bisa mencatatkan laba bersih. Permintaan kredit mulai bangkit seiring dengan keyakinan masyarakat terhadap pemulihan ekonomi nasional.
"Meski belum sepenuhnya pulih ke keadaan normal sebelum pandemi covid-19, permintaan kredit tahun ini mulai menunjukkan tren yang positif dengan dibarengi kualitas aset yang tetap terjaga," ucapnya dalam keterangan resmi, Rabu (28/4).
Sumbangan laba bersih umumnya berasal dari penyaluran kredit kepada dunia usaha dan masyarakat. Danamon mencatat pertumbuhan kredit tertinggi mencapai 11 persen berasal dari segmen enterprise banking yang meliputi kredit korporasi, komersial, dan institusi keuangan.
"Hal ini didukung oleh kolaborasi dengan MUFG Group, jaringan global salah satu perbankan terbesar di dunia," ujarnya.
Kebetulan Danamon dan MUFG baru saja menyelenggarakan acara Business Matching Fair yang merupakan ajang pertemuan nasabah korporasi dan komersial dari Indonesia dengan 120 perusahaan calon mitra dari luar negeri, seperti Thailand, Filipina, Vietnam, dan Myanmar.
Danamon juga mengklaim bahwa laba bersih berhasil dibukukan karena perusahaan melaksanakan prosedur penilaian risiko yang prudent dan proses collection dan recovery kredit yang disiplin menjadi faktor yang mendukung kestabilan kualitas aset.
Tak ketinggalan, pemberian insentif relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) juga diklaim meningkatkan permintaan kredit kendaraan bermotor di Danamon melalui anak usaha, Adira Finance.
Perusahaan turut mencatat kenaikan giro dan tabungan (CASA) sebesar 12 persen menjadi Rp67 triliun. Rasionya naik 54,7 persen secara tahunan.
"Struktur pendanaan yang lebih baik ini menghasilkan biaya dana (cost of fund) yang lebih rendah serta terus membangun fondasi yang baik untuk pertumbuhan ke depannya," terangnya.
Sementara biaya kredit (cost of credit) turun 51 persen menjadi Rp1,2 triliun dan rasio biaya pendapatan (cost to income ratio) di posisi 51,6 persen. Lalu, rasio intermediasi makroprudensial (RIM) di kisaran 86,6 persen, LDR 85,3 persen, dan LCR 195,7 persen.
Kemudian, rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) konsolidasi sebesar 25,7 persen. Sedangkan KPMM bank saja 26,2 persen.
Untuk rasio kredit bermasalah (NPL) ada di posisi 3,3 persen secara gross dengan rasio biaya kredit 3,6 persen.