BRI Microfinance Outlook Ungkap Kunci Majukan Keuangan Mikro
Melihat kondisi perekonomian yang berubah begitu cepat akibat pandemi, BRI mengambil langkah tanggap dengan mengadopsi teknologi yang difokuskan pada sektor UMKM. Tujuannya, mendukung pemberdayaan dan pemerataan.
Hal itu diungkapkan Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam gelaran BRI Microfinance Outlook 2021 di Jakarta, Rabu (28/4). Ia menegaskan, mengelola segmen mikro tak semudah yang dibayangkan.
"Sesungguhnya di dalam segmen mikro itu di dalamnya tersegmentasi lagi, setidaknya ada enam segmen berdasarkan perilaku dan skala usahanya," kata Supari.
Lihat juga:BRI Bagikan Tips Aman Bertransaksi Digital |
Inovasi menjadi langkah mutlak yang diperlukan untuk mengembangkan sektor UMKM, selain memberi kemudahan, efisiensi, serta kecepatan barang kepada para pelaku usaha. Dengan demikian, mereka bisa lebih cepat mendapatkan margin yang lebih baik.
"Namun yang terjadi barangkali sekarang ini mikro itu dianggap sebuah entitas satu segmen yang utuh yang kira-kira homogen perilakunya, ternyata tidak, ternyata tidak. Oleh karena itu karena situasi perubahan yang seperti ini untuk bisa beradaptasi untuk bisa survive tidak cukup dengan caranya beradaptasi harus berkolaborasi, harus juga merubah mindset itu," papar Supari.
Menurutnya, ada tantangan kompleks yang harus dihadapi para stakeholder, termasuk perubahan pola pikir dan edukasi keuangan berkalnjutan. Selain inovasi, teknologi juga dibutuhkan untuk menjangkau pasar, serta mengemas produk dan layanan.
Langkah lainnya adalah kolaborasi dari para stakeholder dalam mengintegrasikan sumber. Supari menyebut, pemerintah telah menunjukkan dukungan besar terhadap sektor UMKM, antara lain lewat UU Cipta Kerja yang memberi fleksibilitas, relaksasi, sampai simplifikasi dan keberpihakan terhadap UMKM.
"Saya yakin BRI selaku bank UMKM dengan postur portofolio banyak di mikro sesungguhnya sudah mulai mengadopsi cara-cara berinovasi yang baru, yang bisa semakin menjangkau kepada hampir 62 juta pelaku usaha mikro. Tapi BRI tidak bisa sendiri," ujar Supari.
Lebih lanjut, Supari menyatakan hal lain yang juga penting adalah ketersediaan insentif kepada pelaku pembiayaan usaha mikro, diikuti dengan pinalti yang memperkuat pesan keberpihakan di UU Cipta Kerja.
"Sekali lagi, lembaga pembiayaan harus terus memperbaiki seluruh infrastruktur yang digunakan untuk menjangkau mereka dengan inovasi yang sangat tinggi. Inovasi yang sangat tinggi itu identik dengan kecepatan, kecepatan identik dengan IT capability," kata Supari.
(rea)