BPH Migas Dorong Pendirian Pertashop di Pesantren
BPH Migas bersama Kementerian BUMN, PT Pertamina (Persero), dan Bank Syariah Indonesia (BSI) menggelar sosialisasi pendirian Pertashop di hadapan 50 pimpinan pondok pesantren se-Jawa Tengah pada Jumat (30/4).
Dalam sosialisasi yang diadakan di kediaman Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, Pekalongan, Jawa Tengah itu, Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa menyampaikan bahwa selaku lembaga yang bertugas menjamin ketersediaan dan distribusi BBM secara nasional, BPH Migas mendorong Pertamina dan badan usaha lain untuk membangun Mini SPBU di 30.259 pesantren dan 74.953 desa di Indonesia.
Ifan, sapaan Fanshurullah berharap, pendirian Pertashop dan pesantren dapat didukung pembiayaan dari Bank Syariah Indonesia sebagai wujud ekonomi kerakyatan. Selain menjamin pengadaan BBM, pendirian Pertashop juga bertujuan untuk pemerataan ekonomi dan peluang usaha yang berujung ketahanan ekonomi umat.
"Saat ini, kita ada di tempat yang insya Allah membawa berkah, hadir lengkap mulai dari Anggota Wantimpres, Menteri BUMN, BPH Migas, PT Pertamina dan juga BSI yang siap mendukung pembiayaan Pertashop untuk pesantren. Maka sebaiknya ikan sepat, ikan gabus, bukan ikan lele, makin cepat makin bagus dan jangan bertele-tele. Saatnya kebangkitan ekonomi masyarakat dimulai dari lingkungan pesantren," ujar Ifan.
Executive General Manager Pertamina MOR IV Sylvia Grace Yuvenna memaparkan, pihaknya memiliki lebih dari 7 ribu SPBU, namun penyebarannya belum merata. Dari total 7.196 kecamatan, 53 persen di antaranya belum memiliki SPBU. Untuk itu, Pertamina Shop atau Pertashop dikembangkan sebagai solusi mendekatkan diri pada masyarakat.
Hingga 25 April 2021, ada 1.670 Pertashop di seluruh provinsi Indonesia. Pertashop pertama di kawasan pesantren sendiri baru diresmikan di Cilacap beberapa waktu lalu. Menurut Sylvia, Pertashop memiliki sejumlah benefit seperti bentuk kerja sama yang saling menguntungkan, margin lebih besar dari SPBU biasa, serta produk berkualitas.
Selain itu, di Pertashop juga bisa menjual produk lain dengan luas areal kisaran 210 m2, serta adanya jaminan ketersediaan kuota. Berbeda dengan Pertamini yang tidak resmi dan tidak ada jaminan, persyaratan Pertashop pun jauh lebih ringkas dari SPBU. Jenis Pertashop yang paling diminati, kata Sylvia, adalah gold dengan investasi kisaran Rp250 juta.
"Pertashop merupakan peluang bagi masyarakat untuk memiliki Penyalur Mini, SPBU skala kecil, resmi dan investasi kecil. Selain menjual BBM, juga bisa menjual LPG dan pelumas Pertamina," ujar Sylvia.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan dukungan atas keinginan Menteri BUMN Erick Thohir mewujudkan 1.000 Pertashop di lingkungan pesantren. "Bantuan pembiayaan diberikan secara bertahap seiring kelayakan, akan tetapi jika lancar maka peluang nilai bantuan akan semakin meningkat," ujarnya.
Erick Thohir yang juga Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) mengapresiasi kolaborasi Pertamina, BSI, BPH Migas, dan MES yang berperan jadi katalisator pemberdayaan ekonomi. Dari 10 ribu Pertashop, 1.000 di antaranya akan digarap oleh pesantren.
Sementara Wantimpres Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Yahya menilai Pertashop dapat menjadi cara pesantren untuk mandiri. Ia meminta manajemen Pertashop diatur dengan profesional dan menaati prinsip bisnis seperti tidak mencampurkan dengan urusan pribadi.
"Kuncinya manajemen harus diatur dengan baik, jangan dicampur dengan yang lain-lain, prioritas tumbuhkan dulu. Prinsip bisnis harus ditaati, jangan dicampur hutang-hutang pribadi di situ, ini kuncinya. Prinsipnya, saling menguntungkan dan yang saling merugikan tentu dihindari," ungkapnya.
(rea)