Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kenaikan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur RI pada April 2021 menjadi salah satu momentum penguatan kinerja ekonomi domestik. Tercatat, PMI manufaktur RI kembali naik dari 53,2 menjadi 54,6 pada bulan lalu.
"Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan arah perbaikan, data PMI manufaktur berada di zona ekspansif, bahkan barusan keluar PMI meningkat lagi," terang Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (3/5).
Jika PMI di atas 50, artinya industri mulai bergeliat kembali atau ekspansif. Sebaliknya, PMI 50 ke bawah menggambarkan sektor industri dalam kondisi kontraktif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain PMI, sambung Sri Mulyani, bukti pemulihan ekonomi juga terlihat dari inflasi yang terkendali atau relatif rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,13 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada April 2021.
"Lalu cadangan devisa (cadev) mencapai US$137,1 miliar. Ini setara dengan 10,1 bulan impor," imbuh Sri Mulyani.
Bendahara negara itu menjelaskan momentum pemulihan ekonomi ini ditopang oleh kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif selama pandemi covid-19.
Pemerintah bahkan sudah mengantisipasi kenaikan defisit APBN 2021 mencapai 5,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2021 meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yakni mencapai Rp699,43 triliun," terang Sri Mulyani.
Ia menambahkan bahwa fokus program PEN adalah penanganan kesehatan. Hal ini terutama terkait dengan pelayanan masyarakat untuk program vaksinasi dan pemberian insentif untuk tenaga kesehatan.
"Sebab, tanpa kondisi kesehatan yang terhantam covid-19, ekonomi tidak mungkin dipulihkan," jelas Sri Mulyani.