Direktur International Studies Celios Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan masuknya 20 TKA China di tengah penerapan PPKM darurat menggambarkan pemerintah lebih mementingkan sektor ekonomi ketimbang kesehatan.
Hal ini juga menunjukkan Indonesia sangat bergantung dengan TKA. Jika ditimbang-timbang, tentu lebih banyak ruginya ketimbang untungnya bagi Indonesia.
Menurutnya, tidak wajar memasukkan banyak TKA ke Indonesia ketika banyak warga lokal yang membutuhkan pekerjaan di negeri sendiri. Apalagi, ia berpendapat banyak masyarakat Indonesia yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk bekerja di industri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga khawatir seruan anti China kembali mengemuka karena TKA dari negara tersebut kembali datang di tengah lonjakan kasus covid-19. Hal ini akan menjadi perhatian masyarakat jika tak ada langkah tegas dari pemerintah.
"Sentimen anti China tinggi, lalu karena pemerintah mengizinkan TKA China masuk, maka akan memperkeruh situasi," imbuh dia.
Padahal, kelebihan dari keberadaan TKA cuma satu. TKA bisa mengajar kemampuan yang tak dimiliki oleh tenaga kerja lokal.
Oleh karena itu, Zulfikar mengingatkan pemerintah untuk melakukan negosiasi ulang atas keberadaan TKA atau perjanjian terkait tenaga kerja. Kalau pun memang harus ada TKA, jumlah dan jenis pekerjaannya harus selektif.
"Benar-benar yang (tenaga kerja lokalnya) tidak ada dan memasukkan (TKA) tidak di waktu seperti ini," pungkas Zulfikar.