Sekitar 400 investor startup pinjaman online (pinjol) di sektor pertanian Tanijoy mengaku merugi Rp4 miliar usai dana investasi mereka tak jelas nasibnya.
Salah satu investor bernama Akbar Prasetyo menyebut ia dijanjikan keuntungan (return) sebesar 14 persen per tahun dari investasi di Tanijoy. Karena berniat berinvestasi sembari membantu pendanaan petani, pada Juli 2020 ia memutuskan menanamkan Rp12,4 juta di salah satu proyek Tanijoy.
Dari aplikasi Tanijoy, update proyek yang didanainya terakhir dilakukan pada Desember 2020 atau kala pemupukan. Setelah itu, ia tak lagi mendapat update proyek pendanaannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku dijanjikan pencairan sebagian return pada Maret 2021. Namun, cuan yang dijanjikan tak pernah datang.
Karena tak ada kabar dari Tanijoy, ia memutuskan untuk mencari tahu. Kecurigaan Akbar terjawab saat ia menemukan review investor lain yang senasib dengannya.
Baik ulasan Google maupun akun Instagram Tanijoy dipenuhi oleh keluh kesah para investor.
Ia yang bersama dengan 400 investor lainnya yang tergabung dalam Perhimpunan Lender Tanijoy, kemudian mendapat kabar startup itu telah mengakui terjadi gagal bayar.
Mereka kemudian dijanjikan mediasi untuk menyelesaikan sengketa. Namun, Akbar mengaku mediasi berlangsung alot dan belum ada penyelesaian hingga saat ini.
"Mediasi berujung alot dan tidak ada penyelesaian masalah dari Tanijoy. Sampai hari ini Tanijoy pun sulit dihubungi," bebernya kepada CNNIndonesia.com, Senin (26/7).
Dalam mediasi, ia mengaku diberi tahu gagal bayar terjadi karena petani dan hasil panen yang seharusnya disetorkan kepada Tanijoy dijual oleh petani. Ketika ditagih petani mengaku tak mampu membayar pinjaman.
Namun, Akbar mencium ada kejanggalan dan menduga dana yang mereka investasikan tidak pernah sampai ke tangan petani. Kejanggalan pertama ia dapatkan saat menemukan banyak investor yang mendapat informasi bahwa proyek yang mereka modali mengalami gagal panen.
Investor curiga lantaran mereka mendapatkan foto yang sama dari Tanijoy. Padahal proyek yang mereka danai berbeda-beda.
Kemudian, para investor mencari tahu langsung ke debitur atau petani yang mereka danai. Dari pengakuan petani, mereka tidak lagi bekerja sama dengan Tanijoy.
"Temuannya ada petani yang menginformasikan sudah tidak melakukan kerja sama dengan Tanijoy dan beberapa dugaan laporan fiktif," jelas Akbar.
Lebih jauh, Akbar menyebut investor ditawarkan pengembalian lewat proyek lainnya yang membutuhkan waktu pengembalian 3 tahun. Kepalang tidak percaya, tawaran tersebut ditolak investor.
"Kami mengalami kesulitan melaporkan ke OJK karena Tanijoy belum terdaftar walau di website menyatakan diatur dan diawasi OJK," imbuhnya.
Akbar dan investor lainnya mengaku masih berharap ada niat baik dari Tanijoy untuk mengembalikan uang mereka. Namun, bila tidak ada perkembangan mereka berniat untuk melanjutkan proses hukum.
Terpisah, investor lainnya sekaligus Ketua Himpunan Lender Tanijoy bernama Fadhil memberikan dokumen bukti mediasi dan percakapan email yang dilakukan Tanijoy dan investor.
Dalam salah satu dokumen tersebut, Direktur Utama Tanijoy Nanda Putra mengakui pihaknya sulit untuk dihubungi. Ia juga menyebut perusahaan tengah mengalami kesulitan keuangan.
"Tanijoy sebagai platform pendanaan di mana pemasukan berasal dari platform fee, karena sumber pemasukan dana hanya dari platform fee sedangkan setahun terakhir tidak ada proyek yang dibuka. Tanijoy tidak memiliki pemasukan sama sekali. Kondisi ini menyebabkan Tanijoy mengalami kesulitan keuangan," bunyi balasan email dari Nanda kepada investor seperti dikutip.
Dalam email, ia juga menyatakan akan berkomitmen untuk lebih responsif berkomunikasi dan menyelesaikan sengketa. Email dikirimkan pada 15 April 2021.
Kemudian, dari berita acara pertemuan virtual pada 7 Mei 2021, Tanijoy menyatakan bahwa pihaknya kurang tanggap karena kekurangan sumber daya manusia. Karena kesulitan keuangan, Tanijoy hanya memiliki dua karyawan.
Perusahaan menyatakan dalam platform ada 756 petani yang dibiayai dengan dana terhimpun Rp19,29 miliar. Dana total dana, Rp14,75 miliar di antaranya sudah berhasil diselesaikan dan Rp5,64 miliar lainnya masih outstanding alias menunggak. Dari tunggakan itu, terjadi hambatan pembayaran dana Rp3,9 miliar.
Sebelum melakukan penarikan dana, Tanijoy mengaku harus mengunjungi petani dan memverifikasi serta menghitung jumlah bagi hasil investor. Kemudian, baru akan dilakukan penagihan kepada petani atau pembeli komoditas. Setelah itu, baru laporan dikirimkan ke pendana dan dana dikembalikan.
Menanggapi proposal yang dibuat Tanijoy, Fadhil mewakili investor lainnya menilai Tanijoy ingin melarikan diri dengan mengulur waktu tanpa solusi konkret. Ia juga menyebut Tanijoy tidak serius dalam menangani permasalahan.
"Tanijoy seakan melepas tangan dan menyalahkan petani, cenderung menutupi adanya mismanajemen," ujarnya lewat surat tertulis kepada Tanijoy.
Hingga berita ini diturunkan, investor mengaku belum mendapat kepastian dari Tanijoy. Redaksi mencoba menghubungi kontak di situs web resmi Tanijoy di (021) 29772945, namun nomor tersebut tidak dapat dihubungi.
CNNIndonesia.com juga telah menghubungi Pendiri sekaligus Direktur Utama Tanijoy Nanda Putra, namun yang bersangkutan tidak merespons.
(wel/agt)