RI Surplus Dagang dengan AS, Tapi Defisit dengan China

CNN Indonesia
Rabu, 18 Agu 2021 19:00 WIB
Indonesia mencatat surplus perdagangan nonmigas US$1,27 miliar dengan AS namun defisit US$844,5 juta dengan China pada Juli 2021.
Indonesia mencatat surplus perdagangan nonmigas US$1,27 miliar dengan AS namun defisit US$844,5 juta dengan China pada Juli 2021. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan Indonesia mengantongi surplus neraca perdagangan nonmigas terhadap Amerika Serikat (AS), Filipina, dan Malaysia pada Juli 2021.

"Negara penyumbang surplus terbesar adalah AS, Filipina, dan Malaysia," ujar Kepala BPS Margo Yuwono saat rilis data neraca perdagangan periode Juli 2021, Rabu (18/8).

Rinciannya, surplus neraca perdagangan dengan AS mencapai US$1,27 miliar. Hal ini disebabkan ekspor ke AS pada Juli 2021 sebesar US$2,01 miliar, sedangkan impornya lebih kecil yakni US$744,8 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, surplus perdagangan nonmigas dengan Filipina mencapai US$533 juta. Pasalnya, ekspor Indonesia ke Filipina tembus US$628,5 juta, sedangkan impor lebih kecil yakni US$95,5 juta.

Terakhir, Indonesia juga berhasil mengantongi surplus dengan Malaysia US$397,5 juta. Sebab, ekspor ke Negeri Jiran mencapai US$784 juta, sedangkan impor hanya US$386,5 juta.

Namun, Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan dengan China, Australia, dan Thailand. Tercatat, defisit dagang nonmigas dengan China mencapai US$844,5 juta. Pasalnya, impor dari negeri Tirai Bambu bengkak menjadi US$4,41 miliar, sementara ekspor hanya US$567,5 juta.

Lalu, defisit perdagangan nonmigas dengan Australia mencapai US$448,1 juta. Hal itu lantaran nilai impornya mencapai US$694,4 juta, sedangkan ekspor hanya US$246,3 juta.

Serupa, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai US$271,1 juta. Pasalnya, impor dari Negeri Gajah Putih itu tembus US$692,3 juta tetapi ekspor hanya US$421,2 juta.

Ekspor Naik

Dalam kesempatan itu, Margo menambahkan ekspor Indonesia pada Juli 2021 sebesar US$17,70 miliar. Angkanya menguat cukup tajam 29,32 persen secara tahunan dibandingkan Juli 2020 yakni U$13,69 miliar. Namun, nilainya turun 4,53 persen secara bulanan dari US$18,54 miliar pada Juni 2021 karena faktor musiman.

Menurutnya, salah satu penopang kinerja ekspor adalah kenaikan harga komoditas di pasar global. Seperti diketahui, komoditas ekspor andalan Indonesia adalah komoditas khususnya nonmigas.

Berdasarkan pengamatan BPS, komoditas nonmigas yang menguat secara bulanan maupun tahunan meliputi batu bara, minyak kelapa sawit, dan timah. Tercatat harga batu bara naik 16,93 persen secara bulanan, dan melonjak 194,74 persen secara tahunan di Juli 2021.

Lalu, minyak sawit yang juga merupakan komoditas ekspor andalan RI naik harganya naik 4,74 persen secara bulanan dan 52,33 persen secara tahunan. Sedangkan, harga timah bertambah 4,76 persen secara bulanan dan terbang 94,74 persen secara tahunan.

Adapun komoditas nonmigas lain yang turun secara bulanan namun tetap menguat secara tahunan adalah minyak kernel, karet, dan tembaga. Detailnya, minyak kernel turun 9,28 persen bulanan, namun tetap melonjak 85,76 persen dibandingkan Juli 2020.

Serupa, harga karet turun sebesar 12,01 persen di Juli 2021 dibandingkan Juni 2021. Namun, secara tahunan masih naik 25,83 persen. Demikian juga harga tembaga turun 1,88 persen secara bulanan, namun meningkat 48,31 persen dibandingkan Juli 2020.

"Berbagai perkembangan komoditas internasional ini berpengaruh baik pada ekspor dan impor kita," tuturnya.

BPS melaporkan neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$2,59 miliar. Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan surplus Juni 2021 sebesar US$1,32 miliar, tetapi masih lebih rendah dari surplus neraca dagang Juli 2020 yakni US$3,26 miliar.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER