Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut seluruh belanja negara akan terus tersedot untuk penanganan covid-19 selama kasus penularan masih tinggi. Dengan kata lain, mayoritas belanja pemerintah pusat dan daerah masih fokus untuk menanggulangi pandemi.
"Selama covid-19 masih mendominasi, semua belanja tersedot ke covid-19," ujar Ani, sapaan akrabnya, dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Rabu (25/8).
Nah, apabila kasus menurun, maka belanja negara bisa digunakan untuk hal-hal di luar covid-19. Namun, itu pun bergantung dengan sikap masyarakat dalam mengurangi penyebaran kasus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama (masyarakat) bisa disiplin, maka akan punya ruang fiskal untuk prioritas lain," terang dia.
Diketahui, pemerintah mengalokasikan belanja sebesar Rp2.708,7 triliun dalam RAPBN 2022. Angkanya naik tipis dari tahun ini yang sebesar Rp2.697,2 triliun.
Rinciannya, belanja pemerintah pusat ditargetkan sebesar Rp1.938 triliun, serta transfer daerah dan dana desa (TKDD) sebesar Rp770 triliun.
Selain itu, pemerintah menganggarkan belanja untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp321,2 triliun tahun depan.
Dana itu akan digunakan untuk sektor kesehatan Rp77,05 triliun, perlindungan sosial Rp126,54 triliun, program prioritas Rp90,04 riliun, dan dukungan UMKM dan korporasi sebesar Rp27,48 triliun.
Sementara, pemerintah menargetkan penerimaan negara sebesar Rp1.840,7 triliun. Jumlahnya juga naik tipis dari outlook 2021 yang sebesar Rp1.735,7 triliun.
Dari target tersebut, terdapat defisit anggaran sebesar Rp868 triliun. Angka itu setara dengan 4,85 persen terhadap PDB.