Kisruh Data Stok Jagung 2,3 Juta Ton Kementan Vs Kemendag

CNN Indonesia
Rabu, 22 Sep 2021 07:08 WIB
Beberapa waktu terakhir, harga jagung khususnya sebagai komoditas pakan hewan ternak menjadi sorotan publik. Berikut krononologi kisruh harga jagung.
Beberapa waktu terakhir, harga jagung khususnya sebagai komoditas pakan hewan ternak menjadi sorotan publik. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani).
Jakarta, CNN Indonesia --

Beberapa waktu terakhir, harga jagung khususnya sebagai komoditas pakan hewan ternak menjadi sorotan publik. Harga jagung menjadi buah bibir usai peternak menjerit kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menanggapi keluhan tersebut, Jokowi kemudian memerintahkan kepada Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menyediakan jagung untuk pakan ternak sebanyak 30 ribu ton dengan harga Rp4.500 per kg.

Kebijakan tersebut untuk meringankan beban peternak rakyat agar bisa berproduksi dengan maksimal dan bisa menjual telur atau ayam pedaging di atas HPP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati sama-sama sepaham soal tingginya harga pakan jagung, namun kedua kementerian tersebut punya pandangan berbeda soal dalang di balik jeritan peternak.

Menurut Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, penyebab harga jagung tinggi adalah disparitas harga antara harga acuan pembelian (HAP) dari Kementerian Perdagangan dengan harga yang ada di pasaran.

Ia mengklaim kenaikan harga jagung ini bukan disebabkan oleh minimnya stok karena pasokan saat ini terbilang cukup, ada 2,3 juta ton.

Menurut dia, jumlah ini tersebar di Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sebanyak 722 ribu ton. Lalu, di pengepul 744 ribu ton, di agen 423 ribu ton, dan sisanya di usaha lain sampai eceran ke rumah tangga.

"Stok buffer kami cukup, bahkan lebih untuk tahun ini," kata Harvick seperti dilansir dari Antara, Selasa (21/9).

Ia menambahkan bahwa alasan lain yang menyebabkan melambungnya harga ialah ketidaksinkronan antara pengusaha pakan besar dan kecil terhadap peternak rakyat. Sebab, peternak rakyat tengah membengkak biaya produksinya, sehingga tidak bisa menjual telur di atas Harga Pokok Produksi (HPP).

Senada, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menambahkan harga jagung tinggi karena ada ketimpangan antara peternak rakyat yang tidak mampu membeli jagung kepada petani dalam jumlah besar dibandingkan dengan kemampuan perusahaan pakan ternak besar.

"Inginnya petani kan cash and carry, peternak inginnya tunda dulu dan sebagainya. Itu jadi kendala untuk akses jagung oleh peternak kecil," kata Suwandi.

Penyebab lain harga jagung tinggi adalah masa panen yang tidak merata di seluruh daerah Indonesia. Beberapa daerah mengalami panen secara musiman, tapi ada juga yang sedang tidak.

Beda suara, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyanggah alasan Kementan. Ia mengatakan kenaikan harga bukan disebabkan oleh disparitas harga, melainkan karena stok jagung memang tidak ada.

Ia menyebut tidak mungkin harga jagung melambung bila kenyataannya masih ada stok 2,3 juta. Tak mau muluk-muluk bicara stok jutaan, ia menyebut barang stok sebulan di Blitar saja tidak ada.

Lutfi mengaku Kementerian Perdagangan sebenarnya sudah meramal harga jagung naik. Sebelum kenaikan terjadi, kementeriannya juga sebenarnya telah menyurati Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sejak Maret agar mewaspadai fenomena itu.

Sebagai informasi, harga jagung di pasaran belakangan ini melambung jadi Rp6.000 per kilogram. Itu jauh di atas harga acuan pembelian sebesar Rp4.500 per kilogram yang ditetapkan Kementerian Perdagangan.

"Masalah harga jagung, kalau kita punya sekarang 2,3 juta ton jagung, mungkin tidak harganya naik meroket seperti itu. Jadi kalau ada barangnya, sekarang kita jangan bicara jutaan, bicara 7.000 saja tidak ada untuk kebutuhan 1 bulan di Blitar," kata Lutfi dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (21/9).

[Gambas:Video CNN]



(wel/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER