Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.242 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (23/9) sore. Posisi ini stagnan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Begitu juga dengan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menempatkan rupiah di posisi Rp14.256 per dolar AS atau melemah dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.249 per dolar AS.
Sementara, mayoritas mata uang di Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Terpantau, peso Filipina melemah 0,16 persen, ringgit Malaysia menguat 0,25 persen, dan rupee India menguat 0,29 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, yuan China menguat 0,04 persen, yen Jepang melemah 0,15 persen, won Korea Selatan menguat 0,67 persen, dolar Singapura melemah 0,36 persen, dan baht Thailand menguat 0,76 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju menguat terhadap dolar AS. Tercatat, dolar Kanada menguat 0,82 persen, poundsterling Inggris menguat 0,26 persen, dan euro Eropa menguat 0,32 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS perkasa terhadap sebagian besar mata uang karena The Fed berencana memulai kebijakan tapering off akhir tahun ini.
Tapering off berarti bank sentral AS akan mengurangi stimulus moneter. Dengan demikian, suku bunga acuan The Fed berpotensi naik.
"Dolar naik pada Kamis mencapai level tertinggi dalam sebulan karena The Fed berencana untuk memulai pengurangan aset dan menaikkan suku bunga jauh lebih cepat daripada rekan-rekan pasar negara maju," ungkap Ibrahim dalam risetnya.
Ibrahim mengatakan tapering off akan dilakukan sampai pertengahan 2022. Setelah itu, The Fed berpotensi mengerek suku bunga acuan.
Ia memproyeksi rupiah berfluktuasi pada perdagangan Jumat (24/9). Menurutnya, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp14.230-Rp14.280 per dolar AS.