Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengungkap alasan PT Freeport Indonesia membangun smelter di Gresik, Jawa Timur, dibandingkan di Papua. Dia menilai keputusan itu diambil oleh pemerintah sejak 2017 lalu.
"Pertimbangan pertamanya waktu itu adalah infrastruktur yang belum memadai. Salah satunya, listrik," kata Bahlil dalam Konferensi Pers, Rabu (27/10).
Bahlil menerangkan hanya 1,3 juta ton dari 3 juta ton kapasitas produksi yang diberikan kepada pabrik Freeport yang sudah ada di Gresik. Sementara itu, 1,7 juta ton lainnya masih berlokasi di Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku telah menyerap aspirasi dari berbagai kalangan yang menyerukan untuk membangun smelter pertambangan tersebut di Papua. Bahkan, ia sudah berkomunikasi secara intens dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait hal ini.
Untuk menyelesaikan hal ini, Bahlil telah berkoordinasi dengan Kementerian BUMN, Kementerian ESDM, dan Freeport untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 3,8 juta ton atau lebih.
Kelebihan kapasitas produksi tersebut nantinya memberikan kontribusi dalam pembangunan smelter di Papua. Bahlil menegaskan bahwa ini telah menjadi bagian dari program yang telah direncanakan.
"Teman-teman saya, kakak-kakak dorang, insha Allah doakan kapasitas produksi Freeport bisa menjadi 3,8 juta ton hingga 4 juta ton. Sisa itulah yang akan dibangun smelter di Papua" ujarnya.
Ia mengaku kebijakan ini sudah menjadi prioritasnya sejak menjabat sebagai pembantu Presiden Jokowi dalam bidang investasi.