Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 137,79 poin atau 2,06 persen ke 6.561 pada akhir perdagangan Jumat (26/11) pekan lalu. Investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell senilai Rp185,16 miliar.
Sementara itu, dalam sepekan indeks mengalami kenaikan sebanyak tiga kali dan turun sebanyak dua kali. Namun begitu, performa indeks lesu hingga minus 2,36 persen dalam seminggu.
Dikutip dari situs IDX, Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono mengatakan pekan lalu indeks ditutup bervariasi. Kenaikan rata-rata volume transaksi harian sebanyak minus 6,99 persen dari 26,04 miliar saham menjadi 24,22 miliar saham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rata-rata nilai transaksi harian bursa juga naik hingga 9,16 persen dari Rp13,25 triliun menjadi Rp13,47 triliun. IHSG selama sepekan turun 2,36 persen dan menduduki posisi 6.561 dari 6.720. Sementara investor asing juga membukukan jual bersih sepanjang tahun sebesar Rp38,69 triliun.
"Sedangkan kapitalisasi pasar Bursa berubah 1,48 persen menjadi Rp8.123,099 triliun dari Rp8.245,536 triliun pada penutupan pekan lalu," tulis Yulianto dalam keterangan resmi, Jumat (26/11).
Analis BCA Sekuritas Achmad Yamani mengatakan dalam seminggu ke depan indeks akan bergerak bervariatif, namun dalam rentang antara 6.441 hingga 6.696. Apabila indeks terkoreksi cukup dalam maka skenario terburuknya adalah di area 6.350 hingga 6.400.
"Karena secara gistrical, IHSG memang probabilitasnya cenderung koreksi pada November," ujar Achmad kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (27/11).
Secara sentimen, penyebaran varian baru covid-19 yakni Omicron menjadi sentimen yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja indeks dalam negeri.
Pasalnya, apabila varian tersebut benar mengancam maka akan terjadi perlambatan ekonomi dan aksi profit taking akan semakin gencar dilakukan investor. Ia pun menilai wajar sejumlah indeks terkoreksi pada pekan lalu.
Seluruh indeks di bursa saham Asia Pasifik terkoreksi cukup dalam, seperti Nikkei 225 di Jepang turun 2,53 persen dan Hang Seng di Hong Kong turun 2,67 persen.
Indeks Eropa seperti FTSE 100 di Inggris dan CAC 40 di Prancis juga turun. Tercatat masing-masing turun sebesar minus 3,64 persen dan minus 4,75 persen.
Tidak ketinggalan, bursa Amerika juga ikut terkoreksi pada penutupan perdagangan pekan lalu. Sebut saja, indeks S&P 500 dan NASDAQ yang turun masing-masing sebesar minus 2,27 persen dan minus 2,23 persen.
Sejumlah sentimen turut akan mewarnai indeks dalam sepekan ke depan. Salah satunya dari Amerika Serikat (AS), dimana pejabat bank sentral The Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pidato akhir bulan dan merilis data ketenagakerjaan.
Dari China, rilis data purchasing manager index (PMI) dan data inflasi AS dinilai juga akan ditunggu oleh investor pada akhir November dan awal Desember.
"Selain itu, sentimen domestik terkait UU Cipta Kerja bisa menjadi sentimen tambahan untuk IHSG," ujarnya.
Sebagai informasi, pekan lalu Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskan gugatan serikat pekerja atas Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja sebagai inkonstitusional bersyarat. Akibat putusan tersebut, DPR dan pemerintah diminta untuk merevisi aturan tersebut dalam waktu dua tahun.
"Tergantung, parlemen masih akan membahas solusi terbaik untuk para pekerja dan pengusaha," ujarnya saat ditanya apakah keputusan MK akan menjadi sentimen negatif bagi indeks sepekan ke depan.
Achmad merekomendasikan sejumlah nama emiten untuk dikoleksi pekan ini. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI yang diprediksi akan berada di rentang support 4.160 hingga 4.350.
Kemudian, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang disarankan untuk diperdagangkan dengan support di 20.900 dan 23.450. Pekan lalu, UNTR ditutup melemah 4,60 persen dan berada di posisi 21.800.
PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) yang diperkirakan akan berada di rentang support 278 dan resistance 350. Perbankan kerja sama antara Indonesia dan Korea ini Jumat lalu ditutup menguat 1,29 persen dan berada di posisi 314.
PT Astra International Tbk (ASII) dengan rentang support 5.650 dan resistance 6.450. Kini, ASII dihargai 5.900 per lembar setelah ditutup turun 5,22 persen pada pekan lalu.