Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku langsung menahan nafas ketika mendengar ada covid-19 varian baru omicron asal Afrika Selatan yang tengah menyebar ke berbagai negara di dunia. Sebab, varian baru ini membayangi pemulihan ekonomi yang baru saja berjalan di Indonesia.
Padahal, Indonesia baru saja menikmati buah manis dari pemulihan ekonomi. Salah satunya, pertumbuhan penerimaan pajak yang sudah berbalik positif dari minus 18,8 persen pada 2020 menjadi positif 15,3 persen pada 2021.
Begitu juga dengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang semula terkontraksi 16 persen, kini tumbuh 20,25 persen. Bahkan, kantong PNBP sudah terisi 107 persen pada tahun ini, sementara pajak 77,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini angka-angkanya baik, kita sudah senang sekali, tapi begitu mendengar omicron, ya menahan nafas sedikit," ungkap Jokowi di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Nusa Dua, Bali, Jumat (3/12).
Ia menilai munculnya varian omicron menandakan bahwa pandemi covid-19 belum berakhir, meski Indonesia sudah mampu mengendalikan jumlah kasus di dalam negeri. Hal ini tercermin dari jumlah kasus harian yang semula sempat mencapai 56 ribu saat varian delta menyebar pada Juli menjadi 113 kasus harian pada awal Desember 2021.
"Jangan ada yang berpikiran bahwa pandemi ini telah selesai. Kita semua tetap harus waspada dan hati-hati," tuturnya.
Apalagi, dampak pandemi tidak hanya pada sektor kesehatan, tapi juga ekonomi. Contohnya, beberapa negara tengah mengalami krisis kontainer, inflasi tinggi, dan lainnya.
"Ini sangat kompleks, masalah semakin melebar ke mana-mana," imbuhnya.
Kendati begitu, Jokowi tetap menginginkan masyarakat tidak khawatir secara berlebihan. Sebab, ia ingin optimisme untuk meraih pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen seperti era sebelum pandemi tetap ada.
"Meski pun sekali lagi, tidak perlu khawatir yang teramat sangat karena ini akan mempengaruhi kalau Bapak, Ibu kekhawatirannya teramat sangat," pungkasnya.