Perusahaan penyedia layanan paylater menghasilkan sebagian besar uang mereka dengan membebankan persentase transaksi yang dilakukan melalui platform kepada pengecer.
Perusahaan menekankan agar pengguna tidak berbelanja di luar kemampuan mereka sehingga terlilit hutang yang besar.
CEO Afterpay Anthony Eisen mengatakan platform miliknya memiliki perlindungan bagi pengguna. Ia membuat kebijakan empat kali angsuran dengan jarak dua minggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika pengguna tidak mampu melunasinya maka akan dikenakan biaya keterlambatan, dibatasi 25 persen dari nilai pesanan. Hal tersebut dirancang untuk mendorong kebiasaan belanja yang bertanggung jawab.
Lihat Juga : |
"Ini bukan tentang mencoba membuat konsumen berhutang, ini memberi konsumen alat penganggaran untuk melakukan pembelian. Dan jika mereka dapat melakukan itu dan mengelolanya serta sering menikmati layanan, itulah cara kami menghasilkan lebih banyak uang," katanya.
Meski demikian, perlindungan yang digunakan oleh perusahaan kartu kredit untuk mencegah pelanggan menimbun utang yang tak terkendali seperti melakukan pemeriksaan kredit, tidak dilakukan oleh semua perusahaan paylater.
Kepala produk konsumen Affirm Vinod Ramachandran mengatakan pihaknya hanya menilai kemampuan pengguna untuk membayar dalam sistemnya sendiri dan menangguhkan akun jika gagal membayar.
"Kami menyetujui konsumen hanya untuk apa yang kami yakini dapat mereka bayar dengan nyaman. Karena kami tidak membebankan biaya keterlambatan atau biaya tersembunyi, kesuksesan kami bergantung pada penjaminan emisi kami," ujarnya.
Penagih utang
Top Eksekutif Klarma Alex Marsh mengatakan pihaknya melakukan pemeriksaan kredit pada pengguna. Perusahaan mengirimkan beberapa pengingat pembayaran kepada pelanggan dan menggunakan agen penagihan utang sebagai upaya terakhir jika pengguna tak kunjung membayar.
"Ini (penagih utang) tidak secara langsung, tidak ada juru sita. Ini membuat kontak telepon dan kontak email ke pelanggan pada dasarnya agar mendorong mereka untuk menghubungi kami sehingga kami dapat berunding untuk membantu mereka membuat rencana pembayaran," ujarnya.
Sementara itu, Affirm akan meneruskan wewenang pada penagih utang jika pengguna menunggak lebih dari 120 hari.
Afterpay juga bekerja dengan agen penagihan utang. Namun, perusahaan mengatakan mereka tidak pernah membawa pengguna sampai ke pengadilan.
Meski demikian, menjamurnya paylater menimbulkan kekhawatiran di antara kelompok pengadvokasi utang.
Financial Wellness Group, sebuah perusahaan Inggris yang menawarkan konseling utang gratis, mengatakan ada peningkatan 49 persen antara Maret hingga November dalam jumlah klien dengan utang pada paylater.
Lihat Juga : |
Beragam usia pengguna
Pengguna paylater diidentikan dengan anak muda. Terlebih wanita Gen Z yang suka menghamburkan uang untuk membeli pakaian. Pada kenyataanya pengguna lebih beragam dan demografi mereka berubah dengan cepat.
Menurut Cornerstone Advisors, di Amerika Serikat 41 persen milenial (26 hingga 40 tahun) telah menggunakan paylater. Sementara generasi Z (21 hingga 25 tahun) 36 persen.
Klarna mengatakan secara global rata-rata pelanggannya berusia 36 tahun. Namun untuk di Inggris, kelompok dengan pertumbuhan tercepat adalah orang berusia 41 hingga 56 tahun.
Sementara, Afterpay mengatakan bahwa rata-rata usia pengguna dari Eropa adalah 37 tahun.
Kelompok hak konsumen Inggris Which? Money menemukan orang yang baru-baru ini mengalami peristiwa hidup seperti melahirkan, jatuh sakit atau kehilangan pekerjaan lebih cenderung menggunakan paylater.
"Ini bukan tentang kelompok usia dan lebih banyak tentang situasi kehidupan," kata Gareth Shaw, kepala keuangan Which? Money.