Ia justru melihat fatwa haram yang dikeluarkan MUI malah membuat jumlah investor kripto semakin meningkat. "Setelah MUI keluarkan (fatwa) haram investor justru sampai naik 9,4 juta di Desember, sebelumnya hanya 7 juta investor. Tahun depan bagaimana, tetap saja kripto akan jadi primadona bagi masyarakat," katanya.
Di lain sisi, Ibrahim masih memantau keberadaan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau mata uang digital. Menurutnya apabila nilai mata uang digital dapat meningkat tajam, kemungkinan akan diminati masyarakat dan investor. Namun, apabila nilainya stagnan ia meragukan mata uang digital dapat menyaingi Bitcoin cs.
Cepat atau lambat, Ibrahim memprediksikan Indonesia akan segera mengikuti jejak negara maju yang semakin familiar dengan keberadaan kripto. Pasalnya, ia melihat kripto berkaitan erat dengan kendaraan listrik yang digadang-gadang akan jadi transportasi masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mobil listrik sudah jalan kita harus sudah siap untuk bursa kripto, biasanya kripto ini dari tahun ke tahun membesar, akan alami kenaikan. Kalau ada yang bilang (kripto) akan redup, di mana redup karena ada mobil listrik," katanya.
Ia menilai seharusnya Indonesia juga memiliki bursa kripto sendiri seperti bursa saham, lantaran jumlah investor kripto jauh lebih besar dibandingkan investor saham. Seharusnya, menurut Oscar, pemerintah mempertimbangkan keberadaan bursa kripto untuk mengakomodir perdagangan para investor.
"Misalnya, Indonesia penghasil CPO terbesar di dunia tetapi bursa di Malaysia. Indonesia juga eksportir timah tapi bursa nya di London. Indonesia penghasil lithium terbesar dunia untuk baterai listrik kemudian nikel juga, tapi tidak punya bursa kripto, ini ada apa gitu," ujarnya.
Dengan keberadaan bursa kripto ia menilai pemerintah akan mendapat momentum keuntungan dari perdagangan kripto dan pajak penghasilan jual beli kripto.
Lihat Juga : |
Senada, Chief Executive Office (CEO) Bitocto Milken Jonathan mengatakan pandemi menjadi salah satu alasan kripto semakin dikenal dan diminati masyarakat global.
"Ini terkait dengan pandemi, di mana pandemi percepat digitalisasi dan tentunya (ketika) lockdown orang mencari suatu kegiatan untuk mencari pendapatan baru atau tambahan, tentunya opsi yang dipilih masyarakat aset kripto," kata Milken.
Selain itu, ia melihat kripto menjadi aset yang dapat melawan inflasi atau disinflasi. Pasalnya, aset kripto memiliki jumlah yang terbatas sehingga harganya cenderung meningkat.
Namun demikian, Milken mengakui bahwa tingkat risiko atau volatilitas kripto cukup tinggi, bahkan melebihi saham. Kendati begitu, ia mengatakan bahwa hal itu dapat diantisipasi dengan belajar sebelum melakukan investasi.
"Kalau kita investasi tanpa tahu fundamental sama dengan judi. Jadi edukasi nonton video, baca artikel dan berita itu cukup penting juga untuk bantu minimal kan keraguan itu, banyak ragu karena enggak tahu kalau tahu keraguan akan lebih minim," tutupnya.