Mengukur Cuan Mentereng di Tahun Macan Air
Awal tahun adalah waktu yang paling tepat untuk mengevaluasi portofolio dalam 12 bulan terakhir sekaligus menata lagi rencana investasi setahun ke depan.
Lihat lagi, instrumen apa saja yang mendatangkan cuan atau justru bikin portofolio merah beberapa waktu terakhir. Naik dan turunnya investasi biasanya bergantung dari situasi ekonomi domestik dan global.
Dari dalam negeri, ekonomi sepanjang 2021 bisa dibilang mulai pulih. Indonesia akhirnya bangkit dari jurang resesi pada kuartal II 2021 karena ekonomi berhasil tumbuh 7,07 persen.
Realisasi itu merupakan pertama kalinya ekonomi RI tumbuh positif setelah empat kuartal berturut-turut minus.
Lihat Juga : |
Hal itu dibarengi dengan kebangkitan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak September 2021 lalu. Mengutip laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terpantau berbalik arah ke zona hijau sejak 29 September 2021.
Saat itu, IHSG tercatat di level 6.162. Kemudian, indeks terus menguat hingga menyentuh level 6.486 pada 12 Oktober 2021.
IHSG bahkan tembus ke level tertinggi (all time high) sepanjang 2021 ke level 6.723 pada perdagangan 22 November 2021.
Senada, aset kripto juga tampak perkasa sepanjang 2021. Bitcoin (BTS) kripto dengan nilai kapitalisasi terbesar itu sempat menyentuh angka fantastis senilai US$68.789 pada 10 November 2021 lalu.
Begitu juga dengan harga emas yang nyaris tembus Rp1 juta pada 27 Juli 2021 lalu. Emas bisa dibilang menjadi instrumen favorit pelaku pasar yang ingin mengamankan dananya selama pandemi covid-19.
Berkaca dari pergerakan beragam instrumen investasi pada 2021, lantas bagaimana peluang investasi di tahun macan air?
Saham
Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho menyebut penanganan covid-19 masih akan menjadi perhatian pelaku pasar sekaligus penentu arah IHSG sepanjang 2022.
Ia memprediksi IHSG 'tumbuh segar' seiring dengan penurunan jumlah penularan covid-19. Pasalnya, pelaku usaha mulai dapat mengoperasikan bisnisnya secara penuh.
Selain itu, Andi menilai wacana tapering yang akan dilakukan oleh The Fed tak berdampak signifikan terhadap pasar modal Indonesia.
"Itu memberi sinyal untuk pasar saham bisa memberikan untung yang lebih bagus," ungkap Andi kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (24/12).
Andi memproyeksi IHSG tembus ke level 7.600 pada 2022. Jika ramalannya benar, maka indeks akan melonjak 14 persen dari posisi 27 Desember 2021 yang berada di level 6.575.
Meski begitu, Andi mengatakan pergerakan saham akan tetap bergantung dengan kebijakan pemerintah dalam mengendalikan covid-19.
"Itu yang membuat pasar saham bisa menggeliat lebih kuat lagi nantinya," jelas Andi.
Senada, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan prospek investasi saham masih menjanjikan tahun ini. Pasalnya, pasar melihat pandemi semakin terkendali.
"Saya sendiri melihat sisi optimistis itu sepertinya akan cukup menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan pada 2022," kata William.
Salah satu sektor yang patut dilirik, sambung William, adalah industri barang konsumsi. Menurutnya, sektor itu akan tumbuh seiring dengan pemulihan daya beli masyarakat dan pusat perbelanjaan yang beroperasi normal.
"Artinya sudah ada perputaran (dana) yang lebih cepat," imbuh William.
Selain itu, saham sektor properti juga memiliki prospek positif pada 2022. William memprediksi pembelian properti meningkat karena sebagian masyarakat telah menekan biaya transportasi selama pandemi.
"Dari menekan biaya transportasi, pasti ada dana yang diinvestasikan. Kalau mengatur biaya keuangan yang benar, investasinya pasti ke properti," jelas William.
Properti
Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus pun memiliki pendapat yang sama dengan William. Selain bisa berinvestasi di saham properti, masyarakat juga dapat menanamkan dana dengan membeli aset properti secara langsung.
Lihat Juga :KALEIDOSKOP 2021 Obral Pajak dari Pemerintah demi Obati Ekonomi Dampak Pandemi |
Menurut Anton, pembelian properti akan meningkat tahun ini seiring dengan penanganan covid-19 yang semakin terkendali dan ekonomi yang mulai bergerak positif.
"Paling tidak transaksi penjualan meningkat, lalu aktivitas pengembang juga mulai bertambah," ucap Anton.
Apalagi, ia memproyeksi harga properti tahun ini tak jauh beda dengan 2021 lalu. Lalu, sejumlah pengembangan juga masih akan menebar diskon demi menarik konsumen.
Dengan demikian, sekarang adalah waktu yang tepat jika masyarakat ingin membeli properti dan menyimpannya hingga beberapa tahun ke depan demi meraup cuan.
Lihat Juga :KALEIDOSKOP 2021 Utang Masih Jadi Tumpuan Sembuhkan Ekonomi dari Pandemi |
"Tapi kuncinya ada di investornya. Investor mampu tidak menahan properti mereka. Orang yang investasi properti ini harus punya kemampuan untuk menahan antara dua hingga tiga tahun," kata Anton.
Terkait berapa lama waktu yang paling tepat untuk menahan aset properti, Anton mengatakan tiga sampai empat tahun cukup. Namun, itu semua kembali lagi pada situasi ekonomi domestik dan global.
"Jadi tergantung kondisi. Harapannya dua, tiga, atau empat tahun bisa naik harga. Kalau pandemi terus berlangsung dua hingga tiga tahun lagi tentunya menahannya juga semakin panjang," jelas Anton.