Jakarta, CNN Indonesia --
Inflasi sering dikaitkan dengan kenaikan harga bahan pokok dan barang lainnya secara meluas dan terus-menerus. Beberapa ekonom menuturkan kenaikan harga barang berpotensi mendorong tingkat inflasi.
Untuk lebih jelasnya, simak apa itu inflasi serta apa hubungannya dengan kenaikan harga barang? Berikut ulasan mengenai jenis-jenis inflasi beserta pengertiannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Inflasi
 Pengertian inflasi dan jenis-jenisnya (Foto: iStock/Maria Marganingsih) |
Mengutip dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa yang berlangsung secara terus-menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.
Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
BPS menggunakan Indeks Harga konsumen (IHK) sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi. IHK merupakan indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa.
Serupa, Bank Indonesia (BI) menyatakan inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Lawan dari inflasi adalah deflasi yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.
Jenis-Jenis Inflasi
 Jenis-jenis inflasi bisa dilihat berdasarkan determinan atau penyebabnya, berdasarkan tingkat keparahan, berdasarkan sifat, dan berdasarkan disagregasi inflasi. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki) |
Inflasi dapat dilihat dari berbagai aspek, meliputi jenis-jenis inflasi berdasarkan determinan atau penyebabnya, berdasarkan tingkat keparahan, berdasarkan sifat, dan berdasarkan disagregasi inflasi. Berikut penjelasannya.
Jenis Inflasi Berdasarkan Determinan
Mengutip dari website BI, cost push inflation adalah inflasi yang timbul karena tekanan dari sisi suplai.
Faktor yang menyebabkan cost push inflation antara lain depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara mitra dagang, peningkatan harga-harga komoditas yang diatur pemerintah (administered price).
Cost push inflation juga disebabkan oleh negative supply shocks atau ketiadaan suplai barang secara tiba-tiba akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.
Demand pull inflation adalah inflasi yang timbul karena tekanan dari sisi permintaan. Faktor penyebab demand pull inflation adalah permintaan barang dan jasa lebih tinggi dibandingkan ketersediaannya.
Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya, atau permintaan total (aggregate demand) lebih besar dibandingkan kapasitas perekonomian.
Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi pada keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut dapat bersifat adaptif atau forward looking.
Contoh ekspektasi inflasi tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang menjelang hari-hari besar keagamaan dan penentuan UMP.
Biasanya, harga barang dan jasa menjelang hari raya keagamaan meningkat, meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan.
Serupa dengan kondisi mendekati penentuan UMP. Biasanya, pedagang ikut meningkatkan harga barang, meskipun kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.
Jenis inflasi lanjut halaman dua...
Jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahan
Menurut Boediono (1985), inflasi ini terbagi atas empat jenis yaitu inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat dan inflasi sangat berat.
Boediono menyatakan Inflasi ringan tidak begitu mengganggu perekonomian karena harga-harga hanya mengalami kenaikan secara umum. Inflasi ini nilainya di bawah 10 persen per tahun
Sementara, inflasi sedang membahayakan kegiatan perekonomian karena inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Inflasi ini berkisar antara 10 persen hingga 30 persen per tahun.
Inflasi berat dapat mengacaukan kondisi perekonomian karena masyarakat tidak ingin menabung lagi di bank sebab bunga bank jauh lebih kecil daripada laju inflasi. Inflasi ini berkisar antara 30 persen hingga 100 persen per tahun
Inflasi sangat berat adalah inflasi yang sudah sangat sulit dikendalikan karena kenaikan harga pada inflasi ini di atas 100 persen per tahun.
Jenis inflasi berdasarkan sifatnya
Menurut Nopirin (1987), inflasi berdasarkan sifatnya terbagi tiga kategori, yakni inflasi merayap (creeping inflation), inflasi menengah (galloping inflation), serta inflasi tinggi (hyperinflation).
Inflasi merayap atau creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah. Kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang relatif kecil serta dalam jangka waktu yang lama.
Inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga yang cukup tinggi. Terkadang, kenaikan harga tersebut berjalan dalam jangka pendek dan memiliki sifat akselerasi.
Artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi daripada harga-harga minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efek yang dirasakan yaitu keadaan perekonomian menjadi berat.
Sementara, inflasi tinggi adalah jenis inflasi yang sangat parah. Inflasi ini membuat masyarakat tidak lagi ingin menyimpan uangnya.
Perputaran uang terjadi secara cepat dan harga naik secara akseleratif. Biasanya, keadaan ini timbul karena pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya dalam keadaan perang), sehingga untuk menutup belanja pemerintah terpaksa mencetak uang.
Disagregasi inflasi
Diisagregasi inflasi di Indonesia dikelompokan menjadi dua yakni inflasi inti dan non-inti.
Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
Interaksi permintaan-penawaran.
Lingkungan eksternal antara lain, nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang.
Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen
Inflasi non-inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh faktor non-fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri atas:
Inflasi komponen bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
Inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan sebagainya.
Demikian, jenis-jenis inflasi yang perlu diketahui. Tingkat inflasi diumumkan secara rutin oleh BPS setiap awal bulan.