Menurut Boediono (1985), inflasi ini terbagi atas empat jenis yaitu inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat dan inflasi sangat berat.
Boediono menyatakan Inflasi ringan tidak begitu mengganggu perekonomian karena harga-harga hanya mengalami kenaikan secara umum. Inflasi ini nilainya di bawah 10 persen per tahun
Sementara, inflasi sedang membahayakan kegiatan perekonomian karena inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Inflasi ini berkisar antara 10 persen hingga 30 persen per tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inflasi berat dapat mengacaukan kondisi perekonomian karena masyarakat tidak ingin menabung lagi di bank sebab bunga bank jauh lebih kecil daripada laju inflasi. Inflasi ini berkisar antara 30 persen hingga 100 persen per tahun
Inflasi sangat berat adalah inflasi yang sudah sangat sulit dikendalikan karena kenaikan harga pada inflasi ini di atas 100 persen per tahun.
Menurut Nopirin (1987), inflasi berdasarkan sifatnya terbagi tiga kategori, yakni inflasi merayap (creeping inflation), inflasi menengah (galloping inflation), serta inflasi tinggi (hyperinflation).
Inflasi merayap atau creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah. Kenaikan harga berjalan secara lambat dengan persentase yang relatif kecil serta dalam jangka waktu yang lama.
Inflasi menengah ditandai dengan kenaikan harga yang cukup tinggi. Terkadang, kenaikan harga tersebut berjalan dalam jangka pendek dan memiliki sifat akselerasi.
Artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi daripada harga-harga minggu atau bulan lalu dan seterusnya. Efek yang dirasakan yaitu keadaan perekonomian menjadi berat.
Sementara, inflasi tinggi adalah jenis inflasi yang sangat parah. Inflasi ini membuat masyarakat tidak lagi ingin menyimpan uangnya.
Perputaran uang terjadi secara cepat dan harga naik secara akseleratif. Biasanya, keadaan ini timbul karena pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya dalam keadaan perang), sehingga untuk menutup belanja pemerintah terpaksa mencetak uang.
Lihat Juga : |
Diisagregasi inflasi di Indonesia dikelompokan menjadi dua yakni inflasi inti dan non-inti.
Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
Interaksi permintaan-penawaran.
Lingkungan eksternal antara lain, nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang.
Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen
Inflasi non-inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh faktor non-fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri atas:
Inflasi komponen bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
Inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan sebagainya.
Demikian, jenis-jenis inflasi yang perlu diketahui. Tingkat inflasi diumumkan secara rutin oleh BPS setiap awal bulan.
(ulf)