Investor 'Terjebak' Kesusahan Jual Aset dan Surat Utang Rusia
Investor kesulitan menjual aset-aset Rusia, di antaranya surat utang dan obligasi. Jumlah aset yang susah diperdagangkan lebih dari US$150 miliar di pasar global akibat serangkaian sanksi dari negara-negara barat, setelah serangan militer yang dilancarkan Pemerintahan Vladimir Putin terhadap Ukraina.
Kesulitan memperdagangkan aset-aset Rusia itu pun tak terlepas dari dikeluarkannya bank-bank Rusia dari jaringan keuangan atau pembayaran SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication).
Berdasarkan data dari bank sentral global, seperti dilansir dari The Financial Times, Selasa (1/3), saat ini investor global memegang surat utang Rusia dalam mata uang dolar AS sebesar US$20 miliar hingga akhir tahun lalu. Kemudian, surat utang berdenominasi rubel senilai US$41 miliar.
"Pasar telah menetapkan harga pada tingkat yang sangat konservatif secara keseluruhan," tutur Kepala Investasi Pendapatan Tetap di BlackRock Rick Rieder, selaku perusahaan yang memegang banyak surat utang Rusia.
"Tidak banyak perdagangan yang terjadi sekarang. Tidak ada yang mau berada di sisi sebelah (Rusia)," lanjutnya.
Sementara, banyak bursa saham global yang mulai menghentikan perdagangan saham emiten atau perusahaan terbuka dari Rusia.
Deutsche Börse, operator bursa saham terbesar di Jerman, memblokir perdagangan saham 16 perusahaan Rusia, termasuk Aeroflot, Rosneft, Sberbank, VTB dan VEB Finance.
Lihat Juga : |
Sementara itu saham VTB, bank BUMN Rusia, ditangguhkan di Bursa Efek London. Penghentian perdagangan itu menghambat investor untuk menjual kepemilikannya.
Nilai sekuritas yang terdaftar di London, seperti Sberbank, TCS, dan Gazprom, anjlok pada awal pekan ini, tetapi banyak pedagang juga secara sukarela menarik diri dari mematok harga karena takut akan dampak lebih lanjut. Walhasil, mereka memilih untuk menunggu informasi lebih lanjut dari departemen kepatuhan mereka.
Nasdaq dan Bursa Efek New York (NYSE) untuk sementara waktu menghentikan perdagangan beberapa saham perusahaan Rusia saat mereka mendengar tentang dampak sanksi ekonomi, setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Peraturan AS memberi bursa saham wewenang untuk membekukan perdagangan saham dengan perusahaan Rusia dan memastikan bahwa investor mendapatkan informasi penuh atas material yang dapat mempengaruhi harga saham. Di antara perusahaan yang dihentikan Nasdaq, yaitu Nexters, Yandex dan Ozon Holdings.
Sebagai informasi Amerika Serikat, Inggris, Eropa dan Kanada, termasuk beberapa negara lainnya sepakat untuk memblokir Rusia dari jaringan pembayaran terbesar di dunia, SWIFT.
Ini merupakan sanksi terkeras yang dijatuhkan negara-negara barat atas serangan Rusia pada Ukraina yang telah menewaskan ratusan warga sipil. Sanksi ini bertujuan mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menggunakan US$630 miliar yang tersimpan dalam bentuk cadangan mata uang asing.
"Pemerintahan Putin ditendang dari sistem keuangan internasional," kata pernyataan tertulis Pejabat Senior Kabinet Joe Biden, seperti dikutip dari Reuters.
Sementara itu, PM Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa negara-negara barat akan terus bekerja sama memastikan Putin membayar harga mahal untuk agresinya.
"Malam ini, kami beserta mitra internasional mengambil keputusan untuk menutup akses Rusia pada sistem keuangan global, termasuk mengambil langkah penting pertama mengeluarkan bank-bank Rusia dari SWIFT," tandas Johnson.