Bank Dunia menunda sejumlah proyek di Afghanistan senilai total US$600 juta atau setara Rp8,6 triliun (kurs Rp14.350 per dolar AS). Ini dilakukan setelah Taliban melarang anak-anak perempuan untuk masuk sekolah.
Dana tersebut awalnya dialirkan kepada Afghanistan Reconstruction Trust Fund (ARTF) guna membangun proyek dasar negara tersebut seperti proyek-proyek di bidang pertanian, pendidikan, hingga kesehatan.
Namun demikian, dana tersebut mengharuskan negara penerima untuk mendukung hak-hak perempuan dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Bank Dunia dan mitra internasional awalnya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang situasi dan keyakinan bahwa tujuan proyek dapat dipenuhi," tulis Bank Dunia, seperti dikutip CNN Business, Rabu (30/3).
Sedangkan, pejabat Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu telah membatalkan pertemuan dengan Taliban sebab mereka membatasi anak perempuan untuk mengakses pendidikan.
Sebelumnya, Dewan Eksekutif Bank Dunia, Selasa (1/3), menyetujui rencana untuk menggunakan dana lebih dari US$1 miliar untuk membiayai program pendidikan, pertanian, kesehatan dan keluarga yang sangat dibutuhkan masyarakat Afghanistan.
Lihat Juga : |
Ini dilakukan setelah sejumlah pemerintahan negara negara asing mengakhiri bantuan keuangan hingga lebih dari 70 persen dari pengeluaran Pemerintah Afghanistan.
Saat dana tersebut disetujui untuk pembangunan Afghanistan, Bank Dunia sepakat untuk tetap memastikan tingkat partisipasi perempuan dan anak-anak menjadi fokus utama.
Sementara, Taliban akan membatasi ruang gerak perempuan seperti bekerja hingga melakukan perjalanan tanpa ditemani kerabat dekat laki-lakinya.