Inflasi Diramal Melonjak Lebih dari 1 Persen Imbas Harga Pertamax

CNN Indonesia
Jumat, 01 Apr 2022 19:50 WIB
Sejumlah ekonom berpendapat kenaikan harga pertamax akan membuat inflasi lebih dari 1 persen secara bulanan per April 2022.
Sejumlah ekonom berpendapat kenaikan harga pertamax akan membuat inflasi lebih dari 1 persen secara bulanan per April 2022. (CNNIndonesia/trishadantianti).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Pertamina (Persero) mengerek harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax dari sekitar Rp9.000 menjadi paling mahal Rp13 ribu per liter mulai 1 April 2022. Hal ini diputuskan menyusul lonjakan harga minyak mentah imbas perang Rusia-Ukraina.

Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan konflik Rusia-Ukraina membuat harga minyak mentah tembus US$100 per barel. Hal ini membuat harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) melonjak 56 persen dari posisi Desember 2021 yang sebesar US$73,36 per barel menjadi US$114,55 per barel.

"Untuk menekan beban keuangan Pertamina, selain melakukan efisien ketat di seluruh lini operasi, penyesuaian harga BBM tidak terelakkan untuk dilakukan," ungkap Irto dalam keterangan resmi yang dirilis Kamis (31/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dihitung-hitung, Pertamina menaikkan harga pertamax sekitar Rp4.000. Jumlahnya bisa dibilang 'lumayan'.

Masyarakat yang biasa mengonsumsi pertamax tentu harus mengalokasikan dana lebih ketika mengisi BBM di SPBU Pertamina.

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto menilai kenaikan harga pertamax rentan mendorong inflasi ke level yang lebih tinggi pada bulan ini. Apalagi, pemerintah juga resmi menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 11 persen mulai 1 April 2022.

"Saya pikir bisa tembus 1 persen inflasi per April 2022 jika dilihat secara bulanan," ungkap Eko kepada CNNIndonesia.com.

Saat ini, jumlah konsumsi pertamax memang kecil hanya 14 persen. Lalu, jumlah konsumsi BBM subsidi termasuk pertalite mencapai 80 persen.

Kalau dipikir-pikir, kenaikan harga pertamax tak berpengaruh banyak karena tingkat konsumsinya cuma belasan persen. Hal itu berbeda jika Pertamina mengerek harga pertalite yang konsumsinya mencapai 80 persen, maka dampaknya akan besar bagi masyarakat.

Tapi rupanya, Eko melihat pengguna pertamax akan beralih ke pertalite. Pasalnya, harga pertalite lebih murah, yakni Rp7.650 per liter.

"Saya tidak yakin masyarakat akan bertahan di harga Rp12 ribu itu. Mereka akan beralih ke pertalite, kualitas lebih rendah sedikit tapi lumayan Rp4.000 lebih," kata Eko.

Jika tebakannya benar, maka stok pertalite akan terancam. Sebab, jumlah konsumen jenis BBM itu berpotensi melonjak.

"Kalau stok pertalite tidak ada, ini akan menjadi rebutan antara konsumen pertalite dan yang sebelumnya pertamax menjadi pertalite," jelas Eko.

Jika pasokan pertalite sampai kosong, konsumen mau tak mau membeli pertamax. Alhasil, beban biaya masyarakat yang biasanya membeli pertalite ikut bertambah.

Coba bayangkan, bila pelaku UMKM yang membeli BBM untuk urusan operasional atau tukang ojek membeli pertamax, artinya modal yang mereka keluarkan akan meningkat. Agar tak boncos, mereka akan menaikkan harga jual produk atau jasa.

"Misalnya mau antar barang, pertalite tidak ada. Apa iya orang itu tidak jadi antar barang. Dia kan jadinya beli pertamax, biaya dia naik. Begitu juga kalau pas jualan baju harus beli bensin untuk transportasi, kalau tidak ada pertalite ya harus beli pertamax," papar Eko.

Ketika biaya UMKM meningkat, maka pelaku usaha akan menaikkan harga jual demi menutupi modal yang mereka keluarkan. Dengan demikian, kenaikan harga pertamax berpotensi membuat barang-barang juga makin mahal.

"Misalnya baju, ojek, produk-produk UMKM. Misalnya saya jualan baju, maka biaya untuk mencapai mal lebih mahal. Saya akan mengompensasi biaya itu dengan berjualan lebih mahal," jelas Eko.

Kondisi ini yang akan membuat inflasi di dalam negeri melonjak. Menurut Eko, inflasi 1 persen secara bulanan cukup jarang di RI.

"Tren inflasi 1 persen itu dalam beberapa tahun terakhir sudah jarang, sehebat-hebatnya Lebaran tidak sampai 1 persen. Lebaran biasanya inflasi tinggi padahal," terang Eko.

Inflasi Bakal Tembus Lebih dari 3 Persen Sepanjang 2022

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER