AS Prediksi Rusia Jatuh ke Jurang Resesi Imbas Sanksi Barat

CNN Indonesia
Selasa, 05 Apr 2022 06:00 WIB
Amerika Serikat (AS) memprediksi Rusia akan jatuh ke jurang resesi akibat sanksi blok Barat atas invasi ke Ukraina. Ilustrasi. (REUTERS/ALEXANDER ERMOCHENKO).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) memprediksi Rusia akan jatuh ke jurang resesi akibat sanksi blok Barat, imbas invasi ke Ukraina sejak bulan lalu.

Salah seorang pejabat departemen keuangan AS menyebut Rusia merupakan salah satu negara yang tidak siap menjadi negara dengan ekonomi tertutup, sementara akses ekonominya kian terbatas akibat sanksi.

"Konsekuensi ekonomi yang dihadapi Rusia mengerikan: inflasi tinggi yang hanya akan semakin tinggi dan resesi yang dalam yang hanya akan semakin dalam," kata pejabat itu seperti dikutip dari CNN Business, Jumat (1/4).

Sebelumnya, negara Barat membekukan sekitar setengah dari cadangan devisa Rusia, melarang bank-bank Rusia tertentu dari jaringan perbankan SWIFT, dan memblokir ekspor teknologi utama ke Rusia.

Selain itu, AS juga melarang impor minyak, gas alam, dan produk minyak Rusia dengan tujuan melemahkan ekonomi Rusia yang pada akhirnya melemahkan militer Rusia.

"Rusia telah terpojok untuk menjadi ekonomi tertutup dan Rusia sebenarnya adalah salah satu negara yang paling tidak siap menjadi ekonomi tertutup," kata pejabat senior yang tak disebutkan namanya itu.

Ia memprediksikan Rusia akan mengalami pelbagai kesulitan terisolasi di panggung dunia karena telah lama mengandalkan penjualan bahan mentah untuk membeli barang konsumsi dan peralatan canggih untuk produksi.

Di sisi lain, sanksi juga membawa risiko ke AS, yakni memperburuk krisis rantai pasokan yang telah membuat inflasi di AS mencapai rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Menurut dia, AS masih memberi sedikit celah atau pengecualian untuk produk mendesak yang dirancang untuk membatasi dampak harga pangan.

Kekuatan Barat juga telah memberikan lisensi yang memungkinkan Rusia melakukan pembayaran bunga sebesar US$117 juta atas utangnya bulan lalu, menghindari default atau kebangkrutan yang dikhawatirkan secara luas.

Tujuan dari lisensi itu adalah untuk mengurangi dampak kebangkrutan pada bank-bank Barat, pemegang obligasi, dan kreditur lainnya.

Lisensi tersebut berakhir pada 25 Mei dan pejabat senior Departemen Keuangan mengatakan keputusan perpanjangan belum dibuat.

Meski rubel Rusia telah pulih ke level pre-invasi, namun dia berpendapat daya nilai uang tergerus oleh meroketnya harga barang di Rusia.

Sebelumnya, para pejabat di Rusia berusaha untuk menopang rubel dengan memerintahkan eksportir untuk menukar 80 persen mata uang asing mereka dengan rubel, melarang pialang Rusia menjual sekuritas, melarang penduduk Rusia melakukan transfer bank di luar negeri. Langkah-langkah itu secara dilakukan untuk meningkatkan permintaan rubel.



(wel/sfr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK