S&P Ungkap Rusia Telah Gagal Bayar Utang
S&P Global Ratings, lembaga pemeringkat global, menyatakan Rusia telah gagal membayar utang, karena menawarkan pembayaran kepada investor atau pemegang surat utang (obligasi) dalam mata uang rubel alih-alih dolar AS.
Dilansir dari CNN Business pada Senin (11/4), Negeri Beruang Merah berusaha membayar dalam rubel untuk obligasi dolar yang jatuh tempo pada 4 April.
S&P menyebut hal tersebut merupakan selective default (gagal bayar selektif) karena investor tidak mungkin dapat mengubah rubel menjadi dolar AS yang setara dengan jumlah yang seharusnya jatuh tempo.
Menurut S&P, gagal bayar selektif dijatuhkan ketika suatu entitas gagal memenuhi kewajiban tertentu. Kegagalan membayar utang luar negeri itu menjadi yang pertama di Rusia dalam satu abad terakhir.
Rusia tidak dapat mengakses sekitar US$315 miliar dari cadangan mata uang asingnya akibat sanksi Barat yang diberlakukan setelah invasi militernya ke Ukraina.
Hingga pekan lalu, AS mengizinkan Rusia menggunakan beberapa asetnya yang dibekukan untuk membayar kembali investor tertentu dalam dolar AS. Meski demikian, Departemen Keuangan AS kembali memblokir Rusia setelah pembayaran dilakukan.
JPMorgan Chase & Co, bank investasi multinasional AS memperkirakan Rusia memiliki sekitar US$40 miliar utang mata uang asing pada akhir tahun lalu, dengan sekitar setengahnya dipegang oleh investor asing.
Di sisi lain, Rusia tetap berusaha untuk membayar utang. Saat ini, Rusia tengah merencanakan tindakan hukum.
"Kami akan menuntut, karena kami melakukan semua tindakan yang diperlukan agar investor menerima pembayaran mereka," kata Menteri Keuangan Anton Siluanov.
Siluanov mengatakan pihaknya akan menunjukkan bukti pembayaran ke pengadilan. Hal tersebut dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa Rusia tetap berupaya membayar dengan rubel.
Meski demikian, ia tidak mengatakan siapa yang akan dituntut oleh Rusia.