Jejak Bisnis Pangeran Arab yang Halangi Elon Musk Akuisisi Twitter

CNN Indonesia
Sabtu, 16 Apr 2022 13:08 WIB
Pangeran Al-Waleed bin Talal bin Abdul-Aziz al Saud baru saja menolak penawaran Elon Musk untuk mengakuisisi saham mayoritas Twitter yang dimilikinya. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pangeran Al-Waleed bin Talal bin Abdul-Aziz al Saud pada pekan ini menolak tawaran Elon Musk untuk mengakuisisi saham mayoritas Twitter yang dimilikinya.

Lewat akun Twitternya, Al-Waleed menyatakan nilai yang ditawarkan taipan pemilik Tesla tersebut mendekati nilai intrinsik salah satu media sosial paling populer di dunia tersebut.

Lalu siapakah Al-Waleed bin Talal sebenarnya?

Mengutip dari berbagai sumber, Al-Waleed merupakan cucu Raja Arab Saudi pertama, Ibnu Saud, dan cucu Perdana Menteri Pertama Lebanon Riad Al Solh. Alwaleed lahir dari pasangan Pangeran Talal bin Abdulaziz dan Mona Al Solh.

Saat ini, Al-Waleed tercatat menjadi pendiri dan pemilik 95 persen saham Kingdom Holding Company (KHC), perusahaan investasi berbasis di Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Perusahaan yang ia dirikan pada 1979 lalu ini bergerak di sektor jasa keuangan, pariwisata, perhotelan, media, hiburan, petrokimia, penerbangan dan teknologi.

KHC membeli saham Twitter pada 2011 sebelum membuka penawaran saham publik untuk pertama kalinya di tahun 2013.

Selain kepemilikan saham mayoritas untuk Twitter, KHC juga diketahui memegang saham besar di berbagai bisnis lain termasuk jaringan hotel Four Seasons, Uber, Lyft, dan juga Citigroup.

Langkah Panjang KHC Akuisisi Twitter

Menyusur ke satu dekade sebelumnya, miliarder asal Saudi ini sempat bernegosiasi panjang saat mengakuisisi Twitter. Namun, pada 19 Desember 2011, Al-Waleed bersama KHC akhirnya resmi membeli saham mayoritas Twitter dengan nilai US$300 juta.

Menurut perwakilan KHC, langkah yang dilakukan saat itu sangat strategis untuk mengubah pola industri media.

"Kami percaya bahwa media sosial akan mendasari perubahan pola industri media dalam beberapa tahun ke depan," ujar Direktur Eksekutif Ahmed Halawani pada Desember 2011, dilansir melalui CNN mewakili pandangan Al-Waleed.

"Twitter akan menangkap pola tersebut dan membuat berbagai keuntungan melalui tren positif ini," lanjut Halawani.

Saat itu, Pangeran Alwaleed selalu berhasil menempatkan dirinya sebagai pemuncak daftar pebisnis terkaya di Arab Saudi versi Forbes dengan total kekayaan mencapai US$21,3 miliar pada 2011.

Pangeran Alwaleed sendiri mengetahui keterkaitan erat Twitter dengan negaranya.

Pada era 2011, Twitter menjadi salah satu wadah utama informasi dan komunikasi demonstran ketika pemberontakan Arab Spring berkecamuk.

Bernhard Warner, co-founder perusahaan analis media sosial, Social Media Influence pada 2011 lalu sempat berujar: "Dunia Arab tentu sudah sangat mengetahui nilai dari Twitter," seperti dikutip dari laporan Reuters 2011 silam.

"Dalam beberapa tahun terakhir, itu [Arab] selalu berhadapan dengan situasi politik yang panas dan perubahan rezim. Jadi tidak ada satu pun orang yang bebas dari kekuasaan dan pengaruh di kawasan tersebut yang tidak mengetahui kekuatan dari Twitter."

"[Alwaleed] tentu melihat Twitter sebagai sesuatu yang bisa menjadi kanal persebaran informasi yang sangat kuat," tegasnya.

Satu dekade berselang, Al-Waleed kini masih memegang saham mayoritas, hingga kemudian menolak penawaran sebesar US$41 miliar dari Elon Musk.

"Saya tidak percaya bahwa tawaran yang telah diajukan oleh @elonmusk (US$54,20) mendekati nilai intrinsik dari Twitter jika melihat prospek pertumbuhannya," kicau Alwaleed melalui akun @Alwaleed_Talal pada Kamis (14/4).

"Menjadi salah satu pemegang saham terbesar untuk Twitter dalam jangka panjang, Kingdom Holding Co. & saya menolak tawaran ini," lanjut sang pangeran.

Cuitan ini kemudian direspons Elon dengan mempertanyakan motif kepemilikan saham mayoritas Al-Waleed di Twitter. 

"Menarik. Hanya dua pertanyaan, jika diperbolehkan [untuk bertanya]," jawab Musk saat membalas kicauan Alwaleed pada Jumat (15/4).

"Seberapa besar kepemilikan Kerajaan [Saudi] terhadap Twitter, langsung mau pun tidak langsung? Apa pandangan dari Kerajaan terhadap hak kebebasan berpendapat pada jurnalis?," sambung Musk.

Polemik akuisisi Twitter ini pun masih berlangsung setelah Anggota Dewan Twitter memutuskan untuk menggelar pertemuan.

Hingga kini (16/4) pihak Alwaleed belum merespons secara resmi dan terbuka perihal pertanyaan dari Musk tersebut.

(far/vws)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK