Oleg Tinkov, konglomerat pemilik bank digital di Rusia, mengecam invasi negaranya ke Ukraina. Ia mendesak negara barat untuk membantu Presiden Vladimir Putin menghentikan peperangan tersebut.
Tinkov mengatakan dia tidak melihat satu pun manfaat dari perang yang terjadi antara dua negara tersebut.
"Saya tidak melihat satu pun penerima manfaat dari perang gila ini," ujarnya seperti dikutip dari CNN, Kamis (21/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan brutal Rusia ke Ukraina terjadi sejak 2 bulan lalu. Ribuan warga sipil Ukraina meninggal dan terluka.
Pendiri Bank Tinkoff itu mengklaim 90 persen orang Rusia menentang perang dalam sebuah unggahan Instagram pada Selasa lalu.
Tinkov adalah satu dari 65 orang kaya Rusia yang terkena sanksi dari Inggris akibat mendukung invasi Rusia ke Ukraina.
Dia memiliki 35 persen saham TCS grup yang merupakan induk perusahaan dari Bank Tinkoff. Menurut Bloomberg Billionaires Index, ia memiliki total kekayaan US$3,5 miliar.
Akibat invasi Rusia ke Ukraina, negara barat telah memberikan sanksi berupa pembekuan US$300 miliar dari aset cadangan Rusia. Sanksi ini membuat Rusia berisiko jatuh pada resesi yang dalam.
Sementara itu, lusinan perusahaan global yang beroperasi di Rusia telah hengkang dari negara tersebut. Uni Eropa juga menutup wilayah udaranya dari maskapai dan pesawat Rusia.
Seruan perdamaian Tinkov bukan yang pertama. Seruan serupa juga dilontarkan para konglomerat Rusia lainnya.
Pada akhir Februari lalu, oligarki Mikhail Fridman dan Oleg Deripaska berbicara untuk menentang konflik setelah Rusia melakukan invasi.
Fridman, yang lahir di Ukraina barat, menulis sepucuk surat kepada stafnya bahwa dia ingin pertumpahan darah berakhir.
Kemudian, melalui unggahan Telegram, Deripaska mengatakan "perdamaian sangat penting! Negosiasi harus dimulai sesegera mungkin!"
Dua pekan lalu, ketua perusahaan logam Rusia Rusal menyerukan penyelidikan yang tidak memihak atas pembunuhan warga sipil di Bucha selama pendudukan kota oleh pasukan Rusia.