Jakarta, CNN Indonesia --
Polandia dan Bulgaria menyusul Jerman dalam daftar negara importir gas Rusia yang tidak dilayani lagi setelah menolak pembayaran dengan mata uang rubel, persis perintah Presiden Vladimir Putin.
Gazprom, raksasa energi Rusia, menyatakan mulai menyetop penjualan gas mereka ke Polandia dan Bulgaria.
Melansir Reuters, Rabu (27/4), Polandia dan Bulgari adalah dua negara pertama yang tidak bisa membeli gas Rusia, setelah Jerman yang ditinggal oleh Gazprom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, bagaimana nasib Polandia dan Bulgaria tanpa pasokan gas Rusia?
Polandia, selain menjadi lawan politik Rusia, juga merupakan importir gas Rusia melalui PGNiG. Namun, BUMN gas Polandia itu menolak mematuhi pembayaran dengan rubel dan memastikan tidak akan memperpanjang kontraknya dengan Rusia yang akan selesai akhir tahun nanti.
Sebelumnya, PGNiG juga memutuskan tidak memperpanjang kesepakatan transit gas dengan Gazprom pada 2020 lalu. Sejak itu, penyedia gas Rusia harus mengambil bagian dalam lelang untuk kapasitas pipa melalui pipa Yamal-Eropa dari Belarus ke Polandia.
Adapun kontrak pasokan gas Polandia dengan Gazprom selama ini sebesar 10,2 miliar meter kubik (bcm) per tahun, mencakup sekitar 50 persen konsumsi nasional.
Sementara, data dari jaringan transisi gas Uni Eropa menunjukkan aliran gas fisik melalui rute Yamal-Eropa telah dihentikan, tetapi mereka sudah melanjutkan kembali kemarin.
Menurut Kementerian Iklim Polandia, pasokan energi negaranya aman. Bahkan, tidak perlu menarik cadangan gas dan pasokan gas ke konsumen tidak akan dipotong.
Senada, Bulgaria juga masih memiliki kontrak gas dengan Gazprom yang akan berakhir pada akhir tahun ini dan Gazprom memastikan menghentikan penjualan gas ke Bulgaria.
Padahal, 90 persen kebutuhan gas Bulgaria dipasok dari Rusia melalui Gazprom, yakni sekitar 3 miliar kubik meter (bcm) per tahun.
"Ini adalah tembakan peringatan seismik oleh Rusia," kata Kepala Analis Gas di ICIS Tom Marzec-Manser.
Sebagai alternatif, Kementerian Energi Polandia mengatakan dapat memperoleh gas melalui dua hubungan dengan Jerman, termasuk aliran balik pada pipa Yamal. Kemudian, dari Lithuania dengan kapasitas tahunan 2,5 bcm yang akan dibuka pada 1 Mei nanti dan melalui interkonektor dengan Republik Ceko hingga 1,5 bcm.
Sementara, lima bcm hingga enam bcm lainnya dapat dikirimkan melalui jaringan dengan Slovakia yang akan dibuka akhir tahun ini.
Selain itu, PGNiG dapat mengimpor hingga 6 bcm per tahun melalui terminal LNG di Swinoujscie di Laut Baltik, dan memproduksi sendiri lebih dari 3 bcm gas per tahun.
Pada Oktober nanti, sebuah pipa yang memungkinkan hingga 10 bcm gas per tahun mengalir antara Polandia dan Norwegia, juga akan dibuka.
Pejabat Polandia mengatakan penyimpanan gas sebesar 3,5 bcm setara 76 persen penuh dan pihaknya tidak perlu memotong pasokan ke pelanggan untuk mengatasi penghentian pasokan Gazprom.
Sementara Bulgaria mengatakan telah mengambil langkah-langkah untuk menemukan pasokan gas alternatif dan tidak akan membatasi konsumsi gas yang diperlukan untuk saat ini.
Analis bank investasi Jefferies menuturkan peringatan penyetopan meningkatkan risiko terminasi dini lainnya untuk kontrak Eropa lainnya yang akan berakhir pada akhir tahun, sebesar hampir 12 bcm per tahun.
[Gambas:Video CNN]
Hanya beberapa pembeli gas Rusia, seperti Hungaria dan Uniper UN01.DE, importir utama Jerman untuk gas Rusia, yang mengatakan mungkin masih akan membayar pasokan masa depan di bawah skema yang diumumkan oleh Rusia tanpa melanggar sanksi Uni Eropa.
Regulator jaringan Jerman mengatakan sedang memantau situasi pengiriman gas dari Rusia setelah ancaman terhadap pasokan Polandia, sekaligus memastikan pasokan gas ke Jerman aman.
PGNiG mengatakan akan mengambil langkah-langkah untuk memulihkan aliran gas sesuai dengan kontrak Yamal dan setiap penghentian pasokan sebelum kontrak berakhir merupakan pelanggaran. Ia juga mengingatkan bahwa Polandia memiliki hak untuk menuntut ganti rugi atas pelanggaran kontrak.
Sebelumnya, Polandia sudah mengumumkan daftar 50 oligarki dan perusahaan Rusia, termasuk Gazprom, yang akan dikenakan sanksi berdasarkan undang-undang yang disahkan awal bulan ini yang memungkinkan aset mereka dibekukan.
Undang-undang tersebut terpisah dari sanksi yang dijatuhkan bersama oleh negara-negara Uni Eropa.
Melansir NPR, jika Rusia memutuskan menyetop pasokan energi ke seluruh negara di Eropa, diproyeksikan ekonomi Eropa akan 'terluka', terutama Jerman yang rentan dan bergantung dengan pasokan gas Rusia.
Kendati terjadi perang Rusia dan Ukraina, gas alam Rusia masih diekspor besar-besaran ke berbagai negara Eropa. Sekitar 60 persen impor dibayar dengan euro dan sisanya dalam bentuk dolar AS.