Eropa belum bisa memutuskan bagaimana membayar impor gas alam Rusia yang menjadi bahan bakar rumah tangga, bisnis dan pembangkit listrik.
Mengutip CNN.com, Rabu (18/5), Eropa bingung membayar tagihan gas Rusia lantaran skema pembayaran diubah menggunakan rubel dari euro atau dolar seperti yang ditentukan dalam kontrak sebelumnya.
Menurut mekanisme pembayaran baru Rusia, pembeli harus membuka dua rekening di Gazprombank, satu dalam bentuk euro dan kedua dalam bentuk rubel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Komisi Eropa mengatakan perusahaan yang membuka rekening di Gazprombank Rusia untuk membayar gas dengan rubel akan dikenakan sanksi oleh Uni Eropa.
Namun, pernyataan itu bertentangan dengan pedoman yang diberikan Komisi Eropa empat hari lalu. Komisi Eropa sebelumnya mengatakan bahwa perusahaan energi terbesar Eropa berasumsi bahwa mereka dapat mengatasi masalah pembayaran gas dengan membuka dua rekening di bank Rusia.
Hal itu terjadi ketika beberapa perusahaan besar Eropa berusaha membayar tagihan mereka tepat waktu agar tak melanggar aturan.
"Apapun yang melampaui pembukaan rekening dalam mata uang kontrak dengan Gazprombank dan melakukan pembayaran ke rekening itu, dan kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa Anda telah menyelesaikan pembayaran bertentangan dengan aturan," ucap Juru Bicara Komisi Eropa Eric Mamer.
Sebelumnya, Raksasa energi Rusia Gazprom memotong pasokan gas ke dua negara di Uni Eropa, yakni Polandia dan Bulgaria pada akhir April 2022. Hal itu sesuai dengan arahan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Maret 2022 yang mengancam akan menangguhkan pengiriman ke negara-negara 'tidak bersahabat' yang tidak membayar gas dalam rubel.
Sementara, pemimpin negara di Uni Eropa menyatakan langkah Rusia itu sebagai pemerasan. Sejak saat itu, Uni Eropa berjuang untuk menghindari gangguan pasokan gas yang lebih besar.
(dzu/aud)