Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (iDEA) Bima Laga mengatakan masing-masing perusahaan tentu punya alasan sendiri melakukan PHK terhadap karyawan. Hal ini biasanya menyangkut rencana bisnis ke depan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
"Namun jika dikaitkan sebagai antisipasi kenaikan bunga acuan The Fed, kami pikir tidak sejauh itu karena setiap pergerakan The Fed cenderung berpengaruh ke Indonesia pada investor asing," ungkap Bima.
Menurut dia, pertumbuhan industri digital di Tanah Air justru masih positif. Bahkan, ia memproyeksi startup masih tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Manajemen kedua perusahaan mungkin memiliki sudut pandang berbeda yang lebih selaras dengan strategi bisnis mereka ke depannya," ucap Bima.
Sebelumnya, kabar 'duka' diumumkan oleh dua startup, LinkAja dan Zenius yang melakukan PHK terhadap ratusan karyawan.
Kabar itu bermula datang dari Zenius, startup bidang pendidikan yang memangkas lebih dari 200 karyawan. Manajemen mengaku kinerja perusahaan turun di tengah gejolak ekonomi.
"Agar dapat beradaptasi dengan dinamisnya kondisi makro ekonomi yang mempengaruhi industri, Zenius melakukan konsolidasi dan sinergi proses bisnis untuk memastikan keberlanjutan," ungkap manajemen dalam keterangan resmi.
![]() |
Kabar selanjutnya datang dari layanan keuangan digital LinkAja yang melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan. Hal ini dilakukan dalam rangka reorganisasi sumber daya manusia (SDM).
"Penyesuaian organisasi SDM ini dilakukan atas dasar relevansi fungsi SDM tersebut pada kebutuhan dan fokus bisnis perusahaan ini," ujar Head of Corporate Secretary Group LinkAja Reka Sadewo.
Menurut Reka, akan ada beberapa perubahan signifikan yang akan dilakukan anak usaha Telkom ini, terutama berkaitan dengan fokus dan tujuan bisnis perusahaan. Hal tersebut akan berpengaruh pada beberapa aspek operasional perusahaan, salah satunya adalah reorganisasi SDM.
(aud/dzu/arh)