Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebutkan yang menentukan arah perekonomian Indonesia adalah faktor global dan dalam negeri.
Untuk faktor dalam negeri, proses pemulihan ekonomi sangat ditentukan oleh covid-19. Jika pandemi tidak berlanjut maka proses pemulihan akan berlanjut.
Dan itu artinya potensi RI terkena krisis sangat jauh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ekonomi kita bergantung pada konsumsi rumah tangga dan investasi. Keduanya ini ditentukan oleh kondisi pandemi. Jadi untuk Indonesia tidak masuk krisis lagi syaratnya gelombang keempat pandemi tidak boleh terjadi," kata Piter.
Dari sektor global, ia menyebutkan risiko masuk mulai dari aliran modal asing yang turun, tekanan ke nilai tukar rupiah hingga turunnya harga komoditas. Sejalan dengan Bhima ia menekankan bahwa penurunan harga komoditas akan sangat berpengaruh ke kinerja ekspor.
Oleh karenanya, risiko dari domestik maupun global harus benar-benar dilihat secara hati-hati oleh pemerintah, terutama dari dalam negeri. Sebab, ia melihat jika fundamental perekonomian dalam negeri kuat maka Indonesia tak akan terlalu tertekan akibat krisis global.
"Kalau pandemi bisa terus kita turunkan maka pemulihan ekonomi akan tetap jalan dan dampak dari global bisa lebih ringan. Jadi jangan sampai dua-duanya menjadi ancaman. Yang kita harapkan kalau seandainya ekonomi global resesi, pandemi kita mereda maka saya yakin perekonomian masih tumbuh dan kita tidak akan resesi," pungkasnya.