Belum lama ini platform belanja online Shopee dikabarkan memutuskan hubungan kerja (PHK) dengan sebagian karyawannya di ShopeeFood dan ShopeePay. Mengutip straitstimes, raksasa e-commerce itu akan memangkas karyawannya di Asia Tenggara, Meksiko, Argentina, Spanyol, dan Chili.
Kabar PHK ini cukup mengejutkan lantaran Shopee merupakan salah satu marketplace yang banyak digandrungi se-Asia Tenggara.
Data iPrice 2022 menunjukkan Shopee masih menonjol di pasar e-commerce Asia Tenggara pada kuartal I 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Shopee secara konsisten menjadi situs e-commerce yang paling banyak dikunjungi di 5 dari 6 negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Total kunjungannya mencapai 421 juta pengunjung di awal 2022.
Berkembangnya Shopee di Asia Tenggara menjadikan Forrest Li sebagai orang paling kaya nomor 2 di Singapura.
Dilansir dari berbagai sumber, Forrest Xiaodong Li lahir di Tianjin, China pada 1977/1978. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pegawai di perusahaan milik negara.
Ia lahir dan dibesarkan di kota pelabuhan China, Tianjin, oleh orang tua yang menghabiskan seluruh karir mereka di perusahaan milik negara.
Semasa kuliah, Li sangat hobi bermain game. Nama Forrest sendiri ia pilih karena terinspirasi lewat film Forrest Gump.
Li mengenyam pendidikan di jurusan teknik Shanghai Jiao Tong University. Ia kemudian bekerja sebagai perekrut Motorola dan Corning di Shanghai selama empat tahun.
Profesi itu yang kemudian menjadi titik balik, di mana Li menyadari bahwa ia ingin melakukan sesuatu yang lebih dalam hidupnya setelah mempelajari ratusan resume.
"Setiap resume adalah kisah pribadi, bukan? Jadi dengan membaca cerita orang lain, saya mulai berpikir tentang bagaimana saya ingin resume saya dibaca di masa depan," cerita Li kepada Forbes Asia 2015 silam.
Langkah pertamanya untuk membuat perubahan dalam hidupnya adalah diterima di Stanford, di mana ia bertemu calon istrinya, Ma Liqian.
Pada 2005, Li menghadiri wisuda Ma di mana Steve Jobs menyampaikan pidatonya yang terkenal, "Anda harus menemukan apa yang Anda suka." Kalimat Jobs lantas menginspirasi Li untuk mengejar hasratnya dalam game online.
Setelah pindah ke Singapura, ia meluncurkan perusahaan game bernama GG Game di negeri itu. Namun startup itu gagal.
Pantang menyerah, Li kemudian meluncurkan Garena, platform game online, pada 2009 bersama dua temannya, Chen dan Ye - ketiganya sekarang adalah warga negara Singapura yang dinaturalisasi yang berasal dari China daratan.
Garena yang kemudian menjadi cikal bakal dari Sea Group.
Kala itu, mempertahankan Garena cukup sulit bagi Li dan dua temannya. Ini karena kondisi ekonomi Asia masih belum pulih dari krisis keuangan global.
Perusahaan itu berubah arah pada 2010 ketika menandatangani kesepakatan untuk mendistribusikan game dari Riot Games yang berbasis di AS dan Tencent yang mengambil 40 persen saham di perusahaan (saat ini saham Tencent hanya 20 persen).
Platform ini memiliki beragam game online seperti AOV, Free Fire, League of Legends, Call of Duty Mobil, Speed Drifters, Contra Return, dan Fairy Tail: Force Unite.
Namun, dari semua jenis game itu hanya Free Fire yang paling sukses, sudah diunduh sebanyak 1 miliar unduhan di Google Play (pada 2021).
Perusahaan Li terus berkembang hingga pada 2014 dia meluncurkan AirPay yang kemudian berkembang menjadi layanan keuangan digital SeaMoney.
Setahun setelah itu, tepatnya 2015, Li meluncurkan platform belanja online atau e-commerce Shopee.
Aplikasi ini lantas menjadi salah satu dari marketplace yang paling banyak diunduh di Asia Tenggara.
Lihat Juga : |
Pada 2017 sebelum IPO, Li mengganti nama perusahaannya menjadi Sea. Nama itu mengacu pada Asia Tenggara (Southeast Asia) sebagai pasar utama perusahaannya.
Sea mengumpulkan US$884 juta atau setara dengan Rp13,12 triliun (asumsi kurs Rp14.846 per dolar AS) dalam penawaran yang menghargai perusahaan lebih dari $4 miliar ketika sahamnya terdaftar di Bursa Efek New York.
Kalimat 'Menghubungkan Titik-Titik' kemudian menjadi tagline Sea, sebuah frasa yang diambil dari pidato Jobs pada 2005.
Menurut prospektus awal yang terbit di situs resmi SEC, sebelum Sea melantai di bursa AS (New York Stock Exchange/NYSE) alias bursa Wall Street, Li menggenggam 56,12 juta saham biasa Sea Ltd atau setara 20,7 persen.
Lihat Juga : |
Kenaikan jumlah harta kekayaan Li merupakan buah dari kinerja saham Sea yang cukup gemilang sejak awal diperdagangkan publik.
Kekayaan bersih Li tembus US$1 miliar atau setara Rp14,5 triliun pada Maret 2019, setelah harga saham perusahaan consumer internet yang ia dirikan, Sea Ltd meningkat sebesar 45 persen di Wall Street.
Laporan Forbes real time net worth, kekayaan Li saat ini mencapai US$4,5 miliar atau setara dengan Rp66,8 triliun.
Kekayaan ini menurun jika dibandingkan pada 2021 yang mencapai US$12,4 miliar. Ini merupakan imbas dari anjloknya harga saham SEA di bursa Amerika serikat, yang membuat kapitalisasi pasar perusahaan sebesar US$1 triliun hilang telah berdampak pada kekayaannya.
Sentimennya mulai dari penutupan operasi Shopee di India dan Prancis hingga laporan keuangan yang mengecewakan. Adapun pada 2020, sebelum kekayaannya melejit, total kekayaan Li hanya US$1,9 miliar.