Harga Minyak Suam-suam Kuku di Tengah Penguatan Dolar AS

CNN Indonesia
Selasa, 12 Jul 2022 08:23 WIB
Harga minyak dunia bergerak bervariasi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di tengah penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Harga minyak dunia bergerak bervariasi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di tengah penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya. (AFP/Fayez Nureldine).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia bergerak bervariasi cenderung stagnan pada Senin (11/7) waktu AS. Harga minyak berjangka Brent naik tipis 0,1 persen, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,7 persen.

Pergerakan harga minyak dipengaruhi oleh suplai dan permintaan di tengah pengujian massal covid-19 di China dan ketatnya pasokan.

Saat ini, minyak Brent untuk pengiriman September dipatok US$107,10 per barel, sedangkan WTI dibanderol US$104,09 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasar minyak ditarik ke dua arah dengan fundamental fisik yang sangat ketat terhadap kekhawatiran permintaan dan tanda-tanda kehancuran permintaan karena harga," tutur seorang analis EBW Analytics dilansir Antara, Selasa (12/7).

Pasar diguncang di awal sesi oleh kabar kasus pertama covid-19 subvarian omicron di China. Kabarnya, varian ini sangat menular di Shanghai yang mengarah pada pengurangan permintaan bahan bakar.

"Dampak gabungan dari kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan wabah covid-19 baru datang pada waktu yang lebih buruk untuk pasar minyak," kata analis Investec Risk Solutions.

Faktor lain, yakni kenaikan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang lainnya hingga tembus ke level tertingginya sejak Oktober 2022. Masalahnya, dolar AS yang kuat membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Selain itu, pasar minyak juga masih gelisah menghadapi rencana negara Barat membatasi impor minyak Rusia.

JP Morgan memproyeksikan bahwa pasar minyak terjebak di antara kekhawatiran atas penghentian pasokan minyak Rusia dan kemungkinan resesi ekonomi global.

"Risiko makro jadi lebih besar. Pengurangan 3 juta barel per hari dalam ekspor minyak Rusia merupakan ancaman yang kredibel dan jika terealisasi akan mendorong harga minyak Brent menjadi US$190 per barel," tulis JP Morgan dalam sebuah catatan.

"Di sisi lain, dampak dari pertumbuhan permintaan yang jauh lebih rendah di bawah skenario resesi akan membuat harga minyak mentah Brent jadi US$90 per barel atau US$78 per barel dengan skenario permintaan yang lebih parah," lanjutnya.

[Gambas:Video CNN]



(bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER