Bank Dunia Proyeksi Rata-rata Harga Minyak US$100 per Barel Tahun Ini

CNN Indonesia
Kamis, 07 Jul 2022 10:03 WIB
Bank Dunia meramalkan rata-rata harga minyak mentah dunia US$100 per barel tahun ini. Kalau benar, harga minyak berarti melesat 45 persen dibanding 2021.
Bank Dunia meramalkan rata-rata harga minyak mentah dunia US$100 per barel tahun ini. Ilustrasi. (iStock).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Dunia (World Bank) memprediksi rata-rata harga minyak mentah dunia Brent sebesar US$100 per barel tahun ini. Hal ini tertuang dalam laporan Bank Dunia bertajuk Indonesia Economic Prospects (IEP).

Jika proyeksi Bank Dunia benar, maka rata-rata harga minyak dunia naik 45 persen dari posisi 2021.

"Harga minyak mentah Brent diproyeksikan rata-rata US$100 per barel pada 2022, naik 45 persen dari 2021," ungkap Bank Dunia dalam laporan tersebut, dikutip Rabu (6/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, Bank Dunia memproyeksi harga minyak mentah Brent menurun secara bertahap dalam jangka menengah. Hal itu sejalan dengan menurunnya permintaan di global.

"Harga minyak diperkirakan menurun dalam jangka menengah karena permintaan global melemah dan karena OPEC+ menambah produksi," ucap Bank Dunia.

Menurut Bank Dunia, harga minyak mentah Brent akan berada di area US$80 per barel dalam jangka menengah atau pada 2025 mendatang.

Kenaikan harga minyak dunia akan berimbas negatif pada inflasi. Bank Dunia bahkan memperkirakan inflasi RI tembus 3,6 persen tahun ini.

Bukan hanya karena lonjakan harga minyak, tapi kenaikan harga pangan juga mendorong inflasi semakin tinggi.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksi inflasi RI tembus 4,2 persen pada 2022. Namun, ia menilai angka itu masih terkendali dibandingkan negara lain.

Padahal, beberapa negara telah menaikkan anggaran subsidi untuk menekan lonjakan harga. Dengan harapan, inflasi di negara tersebut bisa lebih stabil.

"Kami sampaikan bahwa BI terus mencermati risiko tekanan inflasi ke depan, ekspektasi inflasi dan dampak ke inflasi inti dan akan menempuh normalisasi kebijakan moneter lanjutan sesuai data dan kondisi berkembang," pungkas Perry.

[Gambas:Video CNN]

(aud/agt)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER