ANALISIS

Mencari Senjata Ampuh Indonesia Lawan Ancaman Krisis Global

CNN Indonesia
Rabu, 20 Jul 2022 07:00 WIB
Ekonom menilai kolaborasi kebijakan fiskal dan moneter yang mumpuni menjadi senjata Indonesia melawan dampak krisis global. Ilustrasi. (AP/Achmad Ibrahim).
Jakarta, CNN Indonesia --

Dunia tengah dalam bayang-bayang krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh pandemi covid-19 yang belum usai, lalu ditambah perang Rusia dan Ukraina.

Perang Rusia dan Ukraina menyebabkan krisis energi, pangan dan keuangan. Kondisi ini mengakibatkan lonjakan harga-harga komoditas di pasar dunia.

Lonjakan harga energi dan pangan di tingkat global tersebut makin nyata tercermin dari perlambatan ekonomi dan kenaikan inflasi di banyak negara baik maju maupun berkembang.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun pernah mengungkapkan bahwa ada 60 negara yang terancam ambruk ekonominya akibat situasi saat ini. Kondisi yang jika semakin diketahui, makin mengerikan.

"Beberapa krisis pernah kita alami, tetapi ini bertubi-tubi krisisnya. Krisis karena pandemi, mau pulih kemudian ada perang. Kemudian masuk dan merembet kemana-mana. Masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energi, masuk ke krisis keuangan. Kalau kita semakin tahu, semakin ngeri," ujarnya dalam Rakernas II PDI-P, Selasa (21/6) lalu.

Hasil survei berbagai lembaga internasional juga menyebutkan banyak negara yang berada dalam jurang resesi dan kebangkrutan. Salah satunya adalah Sri Lanka yang disebut sudah berada di ambang jurang resesi, dan sudah dinyatakan bangkrut karena gagal bayar utang yang jatuh tempo.

Negara lainnya yang dinilai makin nyata di ujung resesi adalah Amerika Serikat (AS). Apalagi saat ini inflasinya melonjak tajam hingga 9,1 persen pada Juni 2022, tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

Sementara itu, kondisi Indonesia masih aman dari krisis dan bahkan masih jauh dari resesi. Berdasarkan hasil survei Bloomberg, potensi resesi Indonesia hanya 3 persen.

Hal ini ditopang oleh berbagai langkah yang ditempuh pemerintah, seperti penambahan anggaran subsidi untuk meredam lonjakan harga dan inflasi. Perekonomian pun tetap tumbuh tinggi sebesar 5,01 persen di kuartal I-2022.

Namun, perekonomian dalam negeri yang cukup kuat saat tersebut tak serta-merta membuat pemerintah senang. Sebab, ancaman dari resesi global harus diwaspadai agar tak berdampak signifikan ke dalam negeri.

Lalu apa yang harus dilakukan Indonesia?

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan untuk mengantisipasi dampak dari resesi global, pemerintah harus bersinergi dengan Bank Indonesia (BI).

Bank Indonesia dari sisi moneter harus mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 3,5 persen. Sebab, ia menilai bahwa perekonomian sudah cukup kuat, sehingga meski inflasi masih dalam batas aman, percepatan kenaikan suku bunga bisa dilakukan.

"Saya kira perlu juga melihat bagian seberapa jauh pemulihan ekonomi sudah terjadi. Bahwa Bank Indonesia melihat indikator inflasi sebagai indikator utama (kenaikan suku bunga) betul, namun indikator pemulihan ekonomi juga saya kira tidak bisa dilepaskan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Pemerintah dari sisi fiskal perlu mempertimbangkan menambah anggaran perlindungan sosial, terutama untuk kelompok masyarakat yang tidak hanya berada di garis kemiskinan, namun juga mereka yang hidup di garis hampir ataupun rentan miskin.

"Karena dampak dari resesi juga bisa berdampak terhadap kelompok ini dan sudah tentu mereka membutuhkan tambahan bantuan dari pemerintah," kata dia.

Selain itu, ia menilai pemerintah juga harus memaksimalkan bantuan eksisting (yang sudah pernah ada) dengan cara mempercepat realisasi belanja, terutama untuk program-program penting seperti dana pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Bersambung ke halaman berikutnya...

Sinergi Penting


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :