Gubernur Bank Sentral Mesir Tareq Amer mengundurkan diri pada Rabu (17/8). Pengunduran diri disampaikan di tengah krisis ekonomi yang melanda negara dengan penduduk terbanyak di Timur Tengah itu.
Berdasarkan laporan surat kabar pemerintah Al-Ahram yang dilansir AFP, Presiden Abdel Fattah al-Sisi menerima pengunduran diri Amer yang menduduki jabatannya sejak 2015 lalu. Sedianya, Amer menjabat sampai tahun depan.
Sisi menunjuk Amer sebagai penasihat presiden tetapi tidak ada kabar siapa yang akan menggantikannya di bank sentral.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amer meninggalkan kursinya dengan pound Mesir terperosok ke 19,1 per dolar AS, nilai tukar terendah kedua dalam catatan. Angka itu hanya melebihi masa devaluasi brutal mata uang di musim dingin 2016.
Mesir memangkas nilai mata uangnya lagi pada Maret lalu dalam menghadapi inflasi yang melonjak.
Pengimpor gandum terbesar di dunia, Mesir terpukul parah oleh perang antara dua pemasok utamanya - Rusia dan Ukraina - yang membuat harga pangan dunia melonjak.
Biaya beberapa bahan makanan meningkat 66 persen, membantu mendorong inflasi ke tingkat utama sebesar 15 persen.
Bank Dunia mencatat sekitar 30 juta dari 103 juta orang Mesir hidup di bawah garis kemiskinan saat ini, dengan lebih banyak lagi yang hidup dalam bahaya/
Lembaga pemeringkat Moody's menurunkan prospek Mesir dari stabil menjadi negatif, dengan alasan meningkatnya risiko kerusuhan sosial yang dipicu oleh anjloknya standar hidup.
Cadangan mata uang keras Mesir merosot dari US$41 miliar pada Februari menjadi US$33,1 miliar sekarang, meski ada dukungan dari sekutu dekat Arab Saudi yang mendepositokan US$5 miliar di bank sentral pada akhir Maret.
Pihak berwenang Mesir sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional tentang bailout baru karena utang publik telah mencapai 90 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).