Sandiaga Uno Ungkap Rusia Untung Rp74 T per Hari dari Perang Ukraina
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkap keuntungan Rusia dari perang yang berkepanjangan dengan Ukraina.
Dilansir dari akun Instagram pribadinya, Senin (22/8), Sandiaga mengatakan perang membuat harga minyak dunia melambung. Hal ini memberikan untung bagi Negeri Beruang Merah mengingat Rusia merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
Menurut Sandiaga, meski Rusia saat ini menjual minyak di bawah harga pasar, negara terluas di dunia itu masih mendapat keuntungan sebesar US$6 miliar atau Rp89,2 triliun per hari (Kurs Rp14.878 per dolar AS). Berdasarkan hal tersebut, ia memprediksi perang bakal berlangsung lama.
"Kenapa perang Rusia dan Ukraina ini akan cukup lama? Karena ini sangat profitable (menguntungkan)," ujar Sandiaga.
Mengutip Reuters, saat ini harga minyak mentah berjangka Brent naik tipis 13 sen ke posisi US$96,72 per barel, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 27 sen menjadi US$90,77 per barel.
Di sisi lain, Sandiaga mengatakan biaya perang yang ditanggung Rusia hanya mencapai US$1 miliar per hari. Artinya, negara tersebut masih mendapat keuntungan bersih US$5 miliar atau Rp74,3 triliun per hari.
"Untungnya US$6 miliar per hari, cost of war US$1 miliar. Jadi Rusia profit setiap hari US$5 miliar," kata dia.
Lebih lanjut, Sandiaga menuturkan Rusia pun menawarkan Indonesia untuk impor minyak dari negara itu. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan setuju untuk mengimpor minyak dari Rusia karena lebih murah dibandingkan harga pasar internasional.
Menurut Sandiaga, harga minyak Rusia lebih murah 30 persen dibandingkan dengan harga internasional. Hal itu membuat Jokowi tertarik untuk mengimpor.
"Rusia nawarin ke kita, eh lu mau nggak India sudah ambil nih minyak kita harganya 30 persen lebih murah daripada harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil ga? Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil," paparnya.
Meski begitu, Sandiaga mengakui beberapa pihak masih ragu untuk mengimpor minyak dari Rusia karena takut diembargo oleh Amerika Serikat (AS). Maklum, setiap pengiriman dolar AS harus dikontrol oleh Negeri Paman Sam.
"Memang tantangannya karena barat (AS) ini kan mau bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment. Setiap pengiriman dolar AS harus lewat New York," jelas Sandiaga.
Sandiaga menjelaskan kalau bank di Indonesia dikeluarkan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT), maka bank asal RI tak bisa mengirim dolar AS.
"Kata Rusia tidak perlu takut, bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel, nah ini teman-teman di sektor keuangan lagi menghitung," kata Sandiaga.