Apa Iya Harga BBM Turun Jika RI Impor Minyak Rusia?
Wacana pembelian minyak mentah dari Rusia kembali bergema. Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kian terang benderang memberi isyarat RI bisa impor dari Rusia.
Hal itu diungkapkan Jokowi di tengah lonjakan harga minyak dunia. Menurut Jokowi, pemerintah memang sedang mengkaji sejumlah opsi untuk membeli minyak mentah dengan harga 'miring'.
"Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja," ungkap Jokowi, dikutip dari CNA.com, Senin (12/9).
Jauh sebelum ini, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati sudah mengungkapkan keinginan manajemen untuk membeli minyak mentah dari Rusia.
Alasannya cuma satu. Negara Beruang Merah itu 'mengobral' minyak mentah di tengah konflik dan hujan sanksi dari negara-negara Barat.
"Di saat harga sekarang situasi geopolitik, kami melihat ada opportunity (kesempatan) untuk membeli dari Rusia dengan harga yang baik," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR pada akhir Maret 2022.
Nicke mengaku pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Bank Indonesia (BI) untuk mengimpor minyak dari Rusia.
Menurut dia, rencana ini tak akan berdampak negatif dari sudut pandang politik asalkan Pertamina membeli dari perusahaan yang tidak dikenakan sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.
"Untuk masalah ini, secara politik tidak akan masalah sepanjang perusahaan yang kami deal (sepakati) tidak terkena sanksi," jelas Nicke.
Sayang, rencana itu batal. Manajemen mengklaim stok minyak di kilang Pertamina sudah sesuai dengan jumlah kebutuhan di dalam negeri, sehingga tak perlu menambah impor dari Rusia.
Kendati begitu, wacana impor minyak dari Rusia masih terus mengemuka. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengklaim Rusia menawarkan RI untuk membeli minyak mereka dengan harga 30 persen lebih murah dibanding harga pasar internasional pada Agustus 2022.
"Rusia menawarkan ke kita, eh lu mau nggak India sudah ambil nih minyak kita harganya 30 persen lebih murah daripada harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil nggak? Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil," ucap Sandi di akun Instagram-nya @sandiuno.
Menurut dia, Indonesia tak perlu takut diembargo oleh Amerika Serikat (AS) jika mengimpor minyak dari Rusia.
Lihat Juga : |
"Ada yang tidak setuju takut wah diembargo Amerika. Ya biarin sajalah kalau diembargo paling tidak bisa makan McDonald's, makan Baba Rafi lah," imbuhnya.
Namun, ia mengakui bahwa AS mengontrol seluruh transaksi yang menggunakan dolar AS. Hal itu dilakukan lewat Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT).
SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank bisa mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Dengan SWIFT, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua.
"Tapi ini memang tantangannya karena Barat (AS) ini kan mau bagaimana pun juga mereka kontrol teknologi, payment (pembayaran). Setiap pengiriman dolar AS harus lewat New York," imbuh Sandi.
Jika bank di Indonesia dikeluarkan dari SWIFT, seperti halnya bank Rusia, maka bank asal RI tak bisa bertransaksi dengan dolar AS. Tapi, Rusia punya solusi. Mereka menawarkan RI membayar impor minyak mentah dengan rubel.
"Kata Rusia tidak perlu takut, bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel," kata Sandi.
Andaikata RI mengimpor minyak mentah dari Rusia, apakah lantas harga BBM yang baru saja naik bisa kembali turun?
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai impor minyak mentah dari Rusia tidak menjamin harga BBM akan turun. Pasalnya, kurs rupiah masih terus melemah terhadap dolar AS.
"Belum menjamin (impor minyak dari Rusia akan membuat harga BBM turun). Ada dua indikator, kurs dan harga minyak mentah," tutur Komaidi.
Saat ini, rupiah terus meradang di rentang Rp14.800-Rp14.900 per dolar AS dalam beberapa hari terakhir.
Ketika rupiah melemah, maka biaya impor juga akan semakin mahal. Hal itu yang akan mempengaruhi harga jual BBM. "Kalau harga minyak turun, tapi kurs lemah, ya tinggi juga pengaruhnya ke impor," jelasnya.
Pendapat yang sama disampaikan Pengamat dari Energy Watch Mamit Setiawan. Ia juga sangsi harga BBM turun setelah RI mengimpor minyak dari Rusia. "Saya kira belum tentu juga (harga BBM akan turun) karena bergantung kuantitas yang diimpor berapa banyak," terang dia.
Menurut dia, rata-rata Indonesia mengimpor minyak sebanyak 800 ribu sampai 1 juta barel per hari. Jika RI hanya hanya mengimpor sedikit dari Rusia, maka dampaknya tidak akan signifikan.
"Misalnya impor dari Rusia 100 ribu barel, ya kan tidak menutup kebutuhan di Indonesia juga," ungkapnya.
Pemerintah akan menghitung rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk impor dari berbagai negara, baik dari Rusia dan negara lain yang menggunakan harga pasar.
"Harga akan di-mixed (dikombinasikan), harga rata-rata Rusia berapa, WTI berapa, ada tinggi dan murah di-mixed hitungnya. Jadi, memang tidak serta merta beli minyak dari Rusia menurunkan harga BBM," jelas Mamit.
Mengutip Statista, rata-rata harga minyak Rusia yang disebut dengan Ural sebesar US$74,7 per barel pada Agustus 2022. Harga tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$78,4 per barel.
Sementara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November 2022 naik 4,1 persen menjadi US$92,84 per barel di London ICE Futures Exchange pada perdagangan Minggu (11/9) waktu AS.
Lalu, harga minyak mentah berjangka WTI untuk pengiriman Oktober 2022 naik 3,9 persen menjadi US$86,79 per barel di New York Mercantile Exchange pada Minggu (11/9) waktu AS.