ANALISIS

Menanti Konsistensi Pemerintah Turunkan Harga Pertalite

CNN Indonesia
Rabu, 05 Okt 2022 07:00 WIB
Pengamat menilai pemerintah memiliki ruang untuk menurunkan harga pertalite di tengah penurunan harga minyak dunia.
Pengamat menilai pemerintah berhati-hati dalam menurunkan harga pertalite sembari mencermati pergerakan harga minyak dunia. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Olha Mulalinda).

Secara rinci, bensin memberikan andil ke inflasi sebesar 0,89 persen, angkutan dalam kota 0,09 persen, solar 0,03 persen, angkutan antar kota 0,03 persen. Kemudian, tarif kendaraan roda dua online 0,02 persen, serta tarif kendaraan roda empat online 0,01 persen.

Abra menyebut jika pemerintah menurunkan harga pertalite dan inflasi kembali terkendali, Bank Indonesia (BI) pun akan menahan kenaikan suku bunga, sehingga perekonomian domestik pun tetap tumbuh.

Ia pun menduga pemerintah hingga saat ini belum menurunkan harga pertalite karena masih mencermati pergerakan harga minyak atau khawatir sewaktu-waktu harga komoditas itu kembali melambung. Oleh karena itu, Abra memprediksi pemerintah baru bisa mengambil keputusan dua bulan ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir ini (harga minyak mentah dunia) akan tetap dimonitor dalam waktu satu hingga dua bulan, apakah penurunan harga minyak mentah dunia ini berlangsung secara persisten dalam waktu yang cukup lama," ujarnya.

Pemerintah, sambung Abra, semestinya punya formulasi atau panduan untuk melakukan penyesuaian harga BBM subsidi setiap beberapa bulan sekali, seperti halnya BBM non subsidi yang penyesuaian harganya terjadi setiap tiga bulan sekali.

"Artinya itu harus bisa dilakukan secara konsisten juga, kalau memang selama 3 bulan terakhir rata-rata harga minyak mentah sudah di bawah asumsi, sudah bisa menurunkan harga keekonomian, mestinya itu juga diikuti dengan penurunan harga jual eceran BBM subsidi," paparnya.

Di sisi lain, menurut Abra, pemerintah belum menurunkan harga pertalite padahal harga minyak dunia sudah turun karena ada potensi kompensasi energi yang bisa dihemat. Artinya, keuntungan dari penurunan harga minyak mentah bisa digunakan untuk menutup biaya kompensasi yang sebelumnya tinggi.

Hal ini pun sempat disinggung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ia mengatakan penurunan harga minyak dunia bisa mengompensasi dana yang dikeluarkan ketika harga komoditas itu mencapai di atas US$100 per barel beberapa bulan lalu.

Sri Mulyani menjelaskan saat melakukan perhitungan bersama DPR untuk laporan dana subsidi BBM semester I 2022, pemerintah mengerek anggaran subsidi energi dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun dengan asumsi kenaikan harga minyak dunia US$100 per barel.

"Kalau sekarang turun di bawah US$90 itu pasti mengompensasi kenaikan di atas US$100 itu. Jadi pasti membantu, kalau harga minyak 2022," ujar Ani di Gedung DPR RI beberapa waktu lalu.

Pemerintah Hati-hati

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menuturkan harga pertalite bisa turun saat harga minyak dunia berada di level saat ini. Namun, pemerintah masih berhati-hati dan menunggu perkembangan harga hingga November mendatang.

"Ya (harga pertalite bisa turun), tapi harga minyak kan cukup volatil. Jadi lebih baik wait and see," kata Fabby.

Salain itu, ia juga melihat pemerintah mempertimbangan dua faktor lainnya untuk menurunkan harga pertalie, yakni status sisa kuota BBM subsidi dan permintaan pertamax dan pertalite itu sendiri.

Fabby pun menduga pemerintah belum menurunkan harga pertalite karena dengan harga saat ini mereka bisa menjaga anggaran subsidi BBM supaya tidak melampaui kuota.

Ia menambahkan disparitas harga pertalite dan pertamax yang saat ini tidak terlalu tinggi juga bisa mendorong konsumen yang dulunya menyerbu pertalite kembali mengonsumsi pertamax. Hal ini juga bisa mengurangi tekanan pada kuota pertalite.

"Harga Pertalite bisa turun kalau memang subsidi BBM tidak habis setelah November. Pemerintah hati-hati mencermati perkembangan harga minyak dunia, apalagi akan masuk musim dingin dan pergerakan harga minyak setelah pertemuan menteri OPEC," jelas Fabby.

Sementara itu, Dirjen Migas ESDM Tutuka Ariadji mengatakan harga pertalite hanya bisa turun jika harga minyak dunia turun drastis. Menurutnya, pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) harganya bisa turun jika berhubungan langsung dengan harga minyak dunia.

"Pertalite itu kan harganya memang subsidi dan di bawah harga keekonomian, masih jauh dari harga keekonomiannya. Kalau harga minyak turun banget bisa aja (harga pertalite turun)," ungkap Tutuka.

Namun, Tutuka tidak menjelaskan berapa tolok ukur penurunan harga minyak dunia agar pertalite bisa turun harga.



(mrh/sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER