IMF Desak Pembuat Kebijakan Perangi Inflasi dengan Jaga Fiskal
Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak para pembuat kebijakan menjaga fiskal yang ketat untuk membantu memerangi inflasi.
Mengutip Antara, Kamis (13/10), Direktur Departemen Urusan Fiskal IMF Vitor Gaspar mengatakan pembuat kebijakan harus melindungi keluarga berpenghasilan rendah dari kehilangan pendapatan riil yang besar dan memastikan akses mereka ke makanan dan energi.
"Pemerintah-pemerintah menghadapi trade-off yang sulit di tengah kenaikan tajam harga pangan dan energi," kata Vitor Gaspar dalam sebuah blog ketika organisasi itu merilis Pengawasan Fiskal (Fiscal Monitor) terbaru.
Lihat Juga : |
"Tetapi mereka juga harus mengurangi kerentanan dari utang publik yang besar dan, sebagai tanggapan terhadap inflasi yang tinggi, mempertahankan sikap fiskal yang ketat sehingga kebijakan fiskal tidak bekerja dengan tujuan yang bersilangan dengan kebijakan moneter," lanjutnya.
Ia mengatakan harga-harga yang lebih tinggi mengancam standar hidup masyarakat di mana-mana, mendorong pemerintah-pemerintah untuk memperkenalkan berbagai langkah fiskal, termasuk subsidi harga, pemotongan pajak, dan transfer tunai, rata-rata biaya fiskal yang diperkirakan mencapai 0,6 persen dari produk domestik bruto nasional.
Menurutnya, kebijakan pemerintah dengan membatasi kenaikan harga melalui kontrol harga, subsidi, atau pemotongan pajak akan mahal untuk anggaran dan tidak efektif.
"Menghadapi tingkat utang yang tinggi dan meningkatnya biaya pinjaman, pembuat kebijakan harus memprioritaskan dukungan yang ditargetkan melalui jaring pengaman sosial kepada orang-orang yang paling rentan," ujarnya.
Pengawasan fiskal mencatat bahwa pada saat inflasi tinggi, kebijakan untuk mengatasi harga pangan dan energi yang tinggi seharusnya tidak menambah permintaan agregat, mencatat bahwa tekanan permintaan memaksa bank-bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi, membuatnya lebih mahal untuk membayar utang pemerintah.
"Sikap pengetatan fiskal mengirimkan sinyal kuat bahwa pembuat kebijakan selaras dalam perjuangan mereka melawan inflasi."
Terlepas dari perlambatan ekonomi, tekanan inflasi terbukti lebih luas dan lebih persisten daripada yang diantisipasi, menurut laporan World Economic Outlook terbaru IMF yang dirilis Selasa (11/10).
Inflasi global diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 9,5 persen tahun ini sebelum melambat menjadi 4,1 persen pada tahun 2024.