Sri Lanka kembali memangkas harga bahan bakar minyak (BBM) pada Senin (17/10). Penurunan harga BBM itu merupakan yang kedua kalinya dalam beberapa pekan terakhir di tengah krisis ekonomi yang melanda.
Dilansir AFP, Kementerian Energi Sri Lanka mengumumkan harga bensin akan dipangkas 40 rupee menjadi 370 rupee per liter mulai Senin malam setelah penurunan serupa sekitar 10 persen pada awal bulan ini.
Kendati demikian, harga bensin reguler masih dua kali lipat dari harga sebelum dimulainya krisis tahun lalu. Bahkan, harga solar 3,5 kali lipat lebih mahal dari posisi Desember 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal tahun ini, pengendara menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mendapatkan BBM. Hal itu memicu protes yang memaksa mantan presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan negara itu pada Juli lalu.
Selama beberapa pekan terakhir, antrean pembelian BBM di SPBU sudah lebih singkat meski masih berjam-jam.
Pembelian bahan bakar juga masih dijatah secara ketat karena cadangan devisa negara untuk membayar impor minim.
Lonjakan harga BBM membuat harga barang kian mahal di Sri Lanka. Terakhir, tingkat inflasi tahunan di negara itu mendekati 70 persen.
Selain pandemi covid-19 dan perang Ukraina, krisis terburuk Sri Lanka sejak kemerdekaan juga sebagian disebabkan oleh pemotongan pajak tajam yang diumumkan oleh Rajapaksa setelah ia berkuasa pada November 2019 lalu.
Krisis memaksa pemerintah mengaku gagal bayar atas utang luar negeri senilai US$51 miliar pada April lalu.
Pengganti Rajapaksa, Ranil Wickremesinghe, telah membatalkan beberapa pemotongan pajak dan memperkenalkan langkah-langkah pendapatan baru.
Dana Moneter Internasional (IMF) untuk sementara menyetujui dana talangan (bailout) empat tahun senilai U$$2,9 miliar.
Paket bantuan tersebut tunduk pada kesepakatan dengan kreditur termasuk China, kreditur terbesar Sri Lanka, serta untuk menahan inflasi dan mengatasi korupsi.
Tahun ini, Bank Dunia memperingatkan ekonomi Sri Lanka akan menyusut 9,2 persen. Proyeksi itu lebih buruk dari prediksi Bank Sentral Sri Lanka, 8,7 persen.
Bank Dunia juga memperkirakan laju ekonomi Sri Lanka tahun depan masih minus 4,2 persen.