Pemerintah China menunda publikasi data pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2022, sehari sebelum jadwal perilisan.
Biro Statistik Nasional negara itu memperbarui jadwalnya pada Senin kemarin di mana semestinya China merilis indikator ekonomi termasuk penjualan ritel kuartalan, produksi industri dan tingkat pengangguran bulanan.
Secara terpisah, otoritas bea cukai negara itu juga menunda rilis data perdagangan bulanan, yang semula dijadwalkan keluar pada hari Jumat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penundaan tersebut bertepatan dengan Kongres Nasional Partai Komunis ke-20 selama seminggu di Beijing, di mana pemimpin China Xi Jinping diperkirakan akan mengamankan masa jabatan ketiga yang melanggar norma.
Pertemuan tersebut akan memprioritaskan pembahasan untuk menentukan lintasan China setidaknya untuk lima tahun ke depan.
"Penundaan itu menunjukkan bahwa pemerintah percaya bahwa Kongres Partai ke-20 adalah hal terpenting yang terjadi di China saat ini dan ingin menghindari arus informasi lain yang dapat menciptakan pesan yang beragam," kata Iris Pang, kepala ekonom untuk China Raya di ING Group, mengutip CNN, Selasa (18/10).
Clifford Bennett, Kepala Ekonom di ACY Securities, meyakini penundaan tersebut berkaitan dengan buruknya data perekonomian China.
"Perkiraan saya adalah penurunan lebih lanjut sebesar 1,2 persen (secara kuartalan untuk PDB China). Ini berarti China telah bergabung dengan AS dalam resesi teknis," kata Clifford Bennett.
Sementara itu, pada kuartal I 2022, ekonomi China tumbuh 4,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Kendati, pengetatan Beijing terhadap wabah di beberapa kota tahun ini menyumbat rantai pasokan dan mengunci puluhan juta orang, termasuk dalam dinamika ekonomi Shanghai dan Shenzhen serta keranjang gandum timur Laut Jilin.
Pada kuartal II 2022 PDB China cuma tumbuh 0,4 persen (year-on-year/yoy). Kinerja tersebut merupakan yang terburuk dalam dua tahun terakhir.
Analis memperkirakan pertumbuhan kuartal ketiga akan tetap lemah, karena pembatasan ketat covid, krisis yang semakin intensif di real estat, dan permintaan global yang melambat terus menekan ekonomi.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PDB China akan meningkat sebesar 3,4 persen pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya.
Banyak organisasi internasional, termasuk IMF dan Bank Dunia, baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB China untuk tahun ini. Bennett mengharapkan data PDB kuartal ketiga akan dirilis setelah Kongres Partai.
"Setiap kali rilis terjadi, kita semua harus bersiap untuk beberapa reaksi pasar keuangan global jika dua ekonomi terbesar dunia sama-sama mengalami resesi tahun ini," katanya.