Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan banyak negara berpotensi gagal bayar utang atau default. Hal ini disebabkan lantaran inflasi melonjak dan kenaikan suku bunga.
"Akan terjadi kenaikan cost of fund dan default banyak negara. Ini kondisi makin rumit, ekonomi global makin rumit," ujarnya dalam Seminar Nasional dan Konferensi tentang Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Pembangunan Berkelanjutan, Rabu (19/10).
Namun, Sri Mulyani mengatakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih mampu bertahan, di mana pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4 persen pada kuartal II 2022 dan di kuartal III diprediksi masih akan sangat kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Pada 2023, ekonomi Indonesia diprediksi masih tumbuh di atas 5 persen, tetapi faktor eksternal sangat dominan dan memengaruhi perekonomian dalam negeri.
Sebelumnya, Ani, sapaan akrabnya, mengatakan kenaikan suku bunga acuan bank sentral di sejumlah negara membuat resesi ekonomi makin nyata dan diprediksi terjadi pada 2023.
"Kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama, maka dunia pasti resesi pada 2023," tutur Ani dalam konferensi pers, Senin (26/9).
Meski begitu, Sri Mulyani menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi.
Di lain kesempatan, Ani mengatakan bahwa utang luar negeri pemerintah juga menurun. Begitu pula dengan utang korporasi yang semakin rendah. Menurut data BI, utang luar negeri RI sebesar US$415 miliar pada akhir Mei 2022. Angka tersebut turun 4,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Sri Mulyani juga percaya diri dengan sinergi kebijakan fiskal, moneter, hingga riil yang diklaim membuat perekonomian Indonesia tetap kuat di tengah berbagai tekanan global.