Saat pandemi covid-19 mereda, kini permasalahan angka pengangguran memiliki tantangan baru, yakni ancaman resesi global.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan sejumlah lembaga internasional meramal resesi global bisa terjadi pada 2023 mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sinyal resesi muncul seiring dengan kebijakan moneter bank sentral yang terus mengerek suku bunganya demi mengendalikan inflasi.
IMF pun memperkirakan ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen tahun ini atau turun nyaris separuh dari capaian tahun lalu sebesar 6,1 persen. Sedangkan pada tahun depan, diperkirakan hanya 2,9 persen.
Ronny mengatakan saat ancaman resesi ini mengemuka, harga komoditas naik tajam, inflasi mulai tinggi, daya beli masyarakat menurun, fluktuasi mata uang semakin tak karuan, lalu terjadi perang suku bunga oleh bank-bank sentral beberapa negara.
"Semua ini lagi-lagi akan menekan pertumbuhan ekonomi kita dan tentu lagi-lagi larinya ke pelemahan daya serap ekonomi nasional atas angkatan dan tenaga kerja baru," katanya.
Oleh karena itu, ia memproyeksi angka pengangguran di Indonesia tahun depan bisa menyentuh level 9 juta jiwa. "Ini asumsi jika tidak ada kebijakan fiskal ekspansif untuk memitigasinya," imbuh Ronny.
Menurutnya, pemerintah perlu memberikan ruang fiskal pada program-program penjagaan daya beli dan konsumsi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mendorong permintaan, sehingga industri akan tetap berproduksi dan menyerap tenaga kerja baru.
Pengamat Ketenagakerjaan Payaman Simanjuntak juga mengamini bahwa ancaman resesi global dan stagflasi berpotensi menambah angka pengangguran. Pasalnya, hal tersebut akan mengurangi daya beli masyarakat, sehingga usaha manufaktur akan tertunda dan mendahulukan bahan pangan.
"Betul bahwa stagflasi yang mengglobal akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia, dan berpotensi menambah pengangguran," ujarnya.
Lihat Juga : |
Ia juga menyinggung meningkatnya pengangguran selama lima tahun belakangan terjadi karena pemerintah terlalu fokus kepada investasi usaha besar yang rentan terhadap covid-19. Waktu covid, produksi sebagian terhenti, karyawan sebagian di PHK.
Oleh karena itu, ia menilai ke depan pemerintah perlu secara aktif membekali angkatan kerja untuk berwirausaha atau bekerja mandiri, diarahkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dengan demikian, Indonesia juga mengurangi ketergantungan pada barang-barang impor, terutama impor bahan pangan.
Menurutnya, jika pemerintah mengambil langkah-langkah yang dimaksud, tahun depan angka pengangguran tidak akan melonjak terlalu tinggi.
"Tahun 2023 yang akan datang angka pengangguran dapat terbendung naik tidak terlalu besar menjadi hanya sekitar 9 juta orang atau sekitar 6 persen," kata Payaman.