Pengamat Singgung Upaya Bisnis Migas Tekan Emisi Belum Optimal

CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2022 20:25 WIB
Upaya Indonesia untuk mengurangi emisi karbon belum optimal. Sehingga ini menjadi 'PR' besar di tengah komitmen menuju net zero emission pada 2060 mendatang. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra Talattov mengatakan upaya Indonesia untuk mengurangi emisi karbon belum optimal. Sehingga ini menjadi 'PR' besar di tengah komitmen menuju net zero emission pada 2060 mendatang.

Menurutnya, dekarbonisasi belum berjalan optimal karena perusahaan migas di Indonesia lebih banyak melakukan upaya di sisi hulu. Padahal kontribusi emisi karbon mayoritas berada di sisi hilir.

"Selama ini, perusahaan migas hanya fokus pada dekarbonisasi di hulu. Padahal, komitmen sebenarnya yang paling efektif dalam mendukung target net zero emission ada pada emisi yang dihasilkan dari produk perusahaan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (10/11).

Abra menjelaskan selama ini perusahaan migas berkutat di hulu karena area tersebut relatif lebih mudah dikendalikan, misalnya pemanfaatan Carbon Capture Storage (CCS) atau Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Langkah yang tak tepat ini justru hanya menyedot investasi besar dengan dampak yang tidak signifikan.

Padahal dalam standar internasional (Green House Gas Protocol), emisi dibagi ke dalam tiga scope. Pertama, emisi yang dihasilkan langsung dari proses produksi BBM.

Kedua, emisi yang dihasilkan dari pembelian energi atas produksi BBM. Terakhir, adalah emisi yang dihasilkan dari produk akhir, dalam hal ini emisi dari BBM yang dijual ke masyarakat.

"Artinya, melihat dampak langsung dari pengurangan emisi ini mestinya perusahaan migas bertanggung jawab lebih dalam menggarap transisi energi di scope tiga," imbuh.

Karenanya, Abra berharap perusahaan migas ke depannya bakal lebih fokus mengurangi emisi karbon di sektor transportasi. Jika dilakukan, maka ini bisa mencapai pengurangan emisi 1,1 juta ton CO2 pada 2030 mendatang.

"Kalau ini bisa direduksi dan digarap serius justru potensi penurunan emisi karbon terbesar di Indonesia bisa dilakukan," jelasnya.

Sementara, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan belum memiliki data mengenai kontribusi perusahaan migas dalam pengurangan emisi karbon. Namun, ia melihat memang belum signifikan karena tidak semua perusahaan migas ikut dalam usaha dekarbonisasi.

"Belum semua perusahaan migas menyatakan target karbon netral," ujar Fabby kepada CNNIndonesia.com.

Senada dengan Abra, Fabby melihat memang perusahaan yang menyatakan komitmen mendukung pengurangan emisi masih fokus di hulu. "Yang banyak dilakukan adalah upaya penurunan emisi scope satu yang dikontrol langsung perusahaan. Masih belum sampai scope dua, apalagi scope tiga," kata Fabby.

Selain itu, perusahaan migas juga dinilai masih banyak menggunakan skema carbon offset melalui pemberian karbon dari proyek-proyek kehutanan.

"Padahal skema ini tidak bisa dipastikan kredibilitas dan transparansi penurunan emisinya," pungkas Fabby.



(ldy/dzu)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK