Ganjar Bantah Jokowi soal Dana Pemda Banyak Mengendap di Bank
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membantah provinsinya masuk dalam lima besar daerah yang paling banyak mengendapkan dana di bank.
Ia mengklaim ada kekeliruan data yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sehingga membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram.
"Saya tidak yakin data itu betul, silahkan share ke saya. Kemenkeu suruh konfirmasi ke saya," ujar Ganjar saat ditemui di JCC Senayan, Rabu (30/11).
Meski demikian Ganjar tidak membantah ada dana Jateng yang masih mengendap di bank walau tidak membeberkan nilainya. Ia pun yakin dana tersebut akan terserap di akhir tahun ini.
"Kemungkinan itu dana-dana yang biasanya di akhir tahun akan terserap. Yang kedua kita mau Pilkada pasti ada dana yang mau ditabung dan ketiga, tentu saja itu akumulasi dari kabupaten/kota dan provinsi," kata dia.
Ganjar pun berharap ke depannya Kementerian Keuangan agar bisa berkoordinasi terlebih dahulu dengan pemda sebelum merilis data.
"Makanya rasa-rasanya karena itu sudah sering diomongkan lebih baik kalau di konfirmasi dulu ke daerah. Saya udah sering memberikan clearence soal itu, maka jangan percaya data tunggal sebelum diklarifikasi dan dikonfirmasi ke kami," imbuhnya.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, simpanan pemda di perbankan capai Rp278,75 triliun hingga akhir Oktober 2022. Dari provinsi yang ada, tertinggi adalah simpanan DKI Jakarta, kemudian Jawa Timur, lalu Kalimantan Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Lonjakan simpanan pemda di perbankan ini memang berhasil membuat Jokowi geram. Pasalnya naik tajam dibandingkan akhir September yang sebesar Rp223,84 triliun.
"Tahun lalu biasanya di bulan-bulan seperti ini paling Rp200 triliun, Rp220 triliun. Pagi tadi kita cek uang yang ada di bank masih Rp278 triliun," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi.
Jokowi mengaku heran pemerintah daerah tidak segera membelanjakan anggarannya, padahal pemerintah sedang gencar mencari investasi untuk masuk ke dalam negeri.
"Artinya kita pontang panting cari arus modal masuk lewat investasi tapi uang yang ada di kantong sendiri tidak diinvestasikan. Hati-hati ini keliru besar," jelasnya.