Program kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT diperkirakan akan berdampak pada 300 juta jenis pekerjaan. Proyeksi ini merupakan hasil analisis terbaru Goldman Sachs, yang dirilis Minggu (26/3) lalu.
Goldman Sachs memperkirakan ada 18 persen pekerjaan yang dapat dikomputerisasi. Selain itu, pekerja kerah putih dianggap lebih berisiko diganti AI daripada pekerja kasar seperti pekerja konstruksi atau reparasi.
"Pekerja administrasi dan pengacara diperkirakan paling terpengaruh," kata laporan tersebut, dikutip CNN Business, Rabu (29/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampak AI ini akan lebih terasa di negara maju dibandingkan negara berkembang. Di Amerika Serikat dan Eropa, sekitar dua pertiga dari pekerjaan saat ini sudah terpapar otomatisasi AI pada tingkat tertentu. Lalu, sekitar seperempat dari semua jenis pekerjaan malah sepenuhnya dapat digantikan program AI.
"Jika kecerdasan buatan ini memberikan 'kemampuan yang menjanjikan', maka pasar tenaga kerja dapat menghadapi gangguan yang signifikan," tulis para ekonom Goldman Sachs.
Sensasi chatbot ini memang tengah menggemparkan dunia. Orang-orang bisa mencari informasi menggunakan kecerdasan buatan chatbot. Program ini dapat menjawab pertanyaan dan menulis esai.
Dengan ChatGPT atau platform sejenisnya, cara manusia bekerja akan berubah. Kemampuan AI ini mendorong beberapa sektor bisnis untuk memikirkan kembali bagaimana seharusnya orang bekerja setiap hari.
Bulan ini, OpenAI selaku developer ChatGPT meluncurkan versi terbaru program AI mereka, GPT-4. Platform ini dengan cepat membuat penggunanya terkesan lantaran mampu menyederhanakan pengkodean, membuat situs web dengan cepat dari sketsa sederhana, bahkan bisa lulus ujian dengan nilai tinggi.
Penggunaan AI secara lebih lanjut kemungkinan akan menyebabkan beberapa pekerjaan hilang.
Namun analis Goldman Sachs menyebut inovasi teknologi yang awalnya menggantikan pekerja, juga punya sejarah menciptakan pertumbuhan lapangan kerja dalam jangka panjang.
Meskipun tempat kerja dapat berubah, pengadopsian program AI secara luas pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, serta meningkatkan PDB global sebesar 7 persen per tahun dalam periode 10 tahun, menurut Goldman Sachs.
"Kombinasi penghematan biaya tenaga kerja yang signifikan, penciptaan lapangan kerja baru, dan peningkatan produktivitas bagi pekerja yang tidak dipindahkan, meningkatkan kemungkinan ledakan produktivitas tenaga kerja seperti saat kemunculan kendaraan listrik dan komputer," kata laporan itu.
(pta/agt)