Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta sekaligus CEO Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menilai direktur IT PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) harus mundur imbas eror layanan perbankan tersebut sejak Senin (8/5).
Achmad menilai sikap kesatria tersebut mungkin terjadi jika kejadian eror BSI menimpa bank-bank syariah di negara yang lebih maju ketimbang Indonesia. Ia menegaskan langkah pengunduran diri itu adalah bentuk tanggung jawab perbankan.
"Kalau ini terjadi di negara yang lebih sedikit maju, mungkin kayak Malaysia, ini direktur IT BSI harus maju dan menyatakan pengunduran diri sebagai bentuk tanggung jawab dia," katanya dalam diskusi virtual, Jumat (12/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena ini bisa kebayang teman-teman di Aceh yang menjadikan BSI utama, gak bisa ambil (uang), kalau dia punya saudara yang bisa diandalkan enak. Kalau gak punya, ini sangat menderita sekali," sambung Achmad.
Di lain sisi, Analis Perbankan Syariah Sidiq Haryono menganggap BSI hoki karena para nasabahnya loyal. Jika tidak, eror berhari-hari ini yang diduga karena serangan siber bakal membuat nasabah menarik uang dalam jumlah besar alias rush money.
Meski belum ada tanda-tanda rush money, Sidiq beranggapan BSI punya PR besar mengembalikan kepercayaan para nasabahnya. Pasalnya, nasabah tidak mendapat kejelasan dalang di balik eror selama empat hari tersebut.
"Nasabah BSI saya kira termasuk loyal, walaupun saya belum lihat data tidak terjadi rush. Namun, kita lihat memang tidak terjadi rush, syukur Alhamdulillah harus kita syukuri bersama. Tapi cepat atau lambat, mereka-mereka yang kemarin kecewa dengan layanan transaksi selama 4 hari membuka pikiran atau hati untuk membuka rekening di bank lain," tuturnya.
Sementara itu, seorang nasabah BSI di Aceh bernama Syakya Meirizal membantah sikap loyal tersebut. Ia menegaskan nasabah BSI di Aceh terpaksa karena sudah tidak ada lagi bank-bank konvensional imbas Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Meirizal mengungkapkan ketika BRI, BNI, hingga Mandiri hengkang dari Aceh maka semua nasabahnya dialihkan ke versi syariah. Namun, pada akhirnya ketiga bank syariah pemerintah itu merger menjadi BSI.
"Situasi itu (nasabah loyal) berbeda dengan di Aceh, sebagian mungkin iya karena pilihan sendiri, sebagian kecil. Tapi sebagian besar nasabah BSI di Aceh itu karena keterpaksaan... Nasabah-nasabah yang ada di bank konvensional tadi terpaksa masuk ke bank yang dimerger menjadi BSI," keluhnya.
Terlepas dari itu, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menegaskan layanan BSI sudah normal seluruhnya per Kamis (11/5). Ia menegaskan nasabah sudah bisa bertransaksi normal seperti sedia kala.
Hery mengungkapkan hal tersebut dalam konferensi pers, di mana ia didampingi Wakil Direktur Utama BSI Bob Tyasika Ananta, Direktur Penjualan & Distribusi Anton Sukarna, Direktur Manajemen Risiko Tiwul Widyastuti, dan Direktur Kepatuhan & SDM Tribuana Tunggadewi. Namun, tidak ada batang hidung Direktur IT Achmad Syafii.