Tips Bagi Mahasiswa yang Ingin Berbisnis Menggunakan Uang Saku
Berbisnis menjadi salah satu cara mendapatkan penghasilan tambahan, tak hanya bagi pekerja namun juga bagi mahasiswa.
Sayangnya, banyak mahasiswa yang terkendala modal saat hendak berbisnis. Entah itu karena uang saku yang pas-pasan, tabungan hanya sedikit, atau bahkan tidak didukung orang tuanya untuk mulai bisnis.
Perencana keuangan memberikan sejumlah tips yang bisa dilakukan para mahasiswa untuk memulai bisnis dengan hanya bermodalkan uang saku. Berikut tipsnya;
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Mengenal Untung Rugi Investasi Kripto |
1. Mulai sisihkan uang saku
Perencana Keuangan Andy Nugroho mengatakan mahasiswa bisa mengumpulkan modal dengan menyisihkan sedikit dari uang sakunya untuk ditabung.
Maksimal uang saku yang bisa disisihkan untuk modal tabungan bisnis adalah 30 persen. Dengan demikian, maka sisanya masih bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama kuliah, termasuk membayar kosan.
"Idealnya yang disisihkan maksimal 30 persen dari uang saku mereka. Karena asumsinya 70 persen nya lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari selama kuliah, terutama untuk uang kos (bila ada), transportasi, makan, dan kebutuhan lain," ujar Andy kepada CNNIndonesia.com, Jumat (30/6).
2. Cari bisnis yang sesuai modal
Bila sudah menabung dari uang saku dalam beberapa waktu, maka bisa mencari jenis usaha yang sesuai dengan modal yang dimiliki.
Namun, jika modal yang sudah terkumpul tidak mencukupi untuk menjalankan bisnis yang diinginkan, maka bisa lanjut menabung.
"Bisnis yang dijalankan tentunya disesuaikan dengan modal yang sudah terkumpul dan dimiliki. Bila ternyata modalnya masih kurang, mereka bisa menabungnya dulu selama beberapa waktu sampai cukup untuk memulai," kata Andy.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Strategi Membeli Rumah Bagi Pekerja Single Bergaji Rp8 Juta |
3. Pilih bisnis dengan modal kecil atau tanpa modal
Menurut Andy, jika mahasiswa ingin langsung berbisnis tanpa menabung lama-lama, maka bisa memilih usaha dengan modal kecil. Bahkan bisa juga memilih usaha yang tak membutuhkan modal sama sekali.
Untuk modal kecil, bisa dengan menjual tenaganya sebagai jasa pengetikan atau olah data skripsi. Tentunya, pekerjaan ini hanya membutuhkan modal laptop saja, atau jika tidak punya bisa menggunakan komputer kampus.
Sedangkan, untuk bisnis yang tak membutuhkan modal bisa menjadi dropshipper atau reseller karena tak perlu menyetok barang. Kemudian bisa juga menjadi perantara jual-beli mobil atau properti.
"Selain itu bisa juga berupa bisnis jaringan/ MLM atau jadi agen asuransi. Pilihan bisnis yang lebih modern mereka bisa merambah dunia digital, semisal jadi konten kreator, atau jadi orang-orang yang ada dibalik layar, semisal jasa bikin konten, bikin website, jual akun game atau medsos, jadi fotografer/videografer, edit video dan sebagainya," jelas Andy.
4. Melihat kebutuhan pasar
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Dandy mengatakan selain menentukan modal, untuk memulai bisnis harus melihat pasar.
Pebisnis juga harus memiliki perencanaan, termasuk target marketnya. Bila perlu, cari bisnis yang sesuai dengan minat agar enjoy menjalankannya.
"Contoh, suka dengan fotografi bisa dijadikan jasa pemotretan di kalangan mahasiswa untuk diunggah ke media sosial," kata Dandy.
Senada dengan Andy, ia pun menyarankan agar fokus pada bisnis yang tak membutuhkan modal besar. Bila perlu gunakan apa yang sudah dimiliki sebagai modal.
"Fokuslah ke bisnis yang tidak membutuhkan modal besar karena dari uang saku contoh jasa yang menggunakan tenang seperti jasa cuci sepatu atau delivery makanan," jelasnya.
Lihat Juga : |
5. Cari partner
Menurut Dandy, mahasiswa juga bisa mencari teman yang memiliki visi dan misi yang sama untuk bisa diajak memulai bisnis bersama. Dengan berpartner, maka kemungkinan modal yang terkumpul bisa lebih besar dibandingkan hanya sendiri.
6. Atur keuangan dengan ketat
Bila ingin bisnis berjalan dengan baik, Dandy sangat menyarankan agar keuangan pribadi dan bisnis dipisahkan. Hal ini harus dilakukan dengan konsisten, sebab jika tercampur, maka akan sulit untuk mempertahankan bisnis yang dijalankan.
"Hanya gunakan hasil dari profit untuk kebutuhan pribadi, jangan sampai keuangannya dicampur antara bisnis dan pribadi," pungkasnya.