PNM Bocorkan Strategi Digitalisasi bagi Nasabah Milenial
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menyatakan saat ini tengah melakukan persiapan teknologi bagi nasabah. Terlebih, nasabah binaan PNM rata-rata datang dari kelas ekonomi pendapatan rendah dengan kepemilikan ponsel yang belum merata.
Direktur Operasional, Digital dan Teknologi Informasi PNM, Sunar Basuki mengungkapkan, kondisi generasi Z dan milenial yang sedang mendominasi usia produktif di Indonesia dinilai sebagai tantangan untuk melakukan transformasi bisnis, mengingat calon nasabah binaan PNM akan bergeser kepada mereka yang terbiasa dengan dunia digital.
"Sebagian besar nasabah Mekaar adalah generasi milenial yang sudah lebih maju memanfaatkan teknologi, jadi harus ada transformasi bisnis melalui digitalisasi. Apalagi ke depannya potential customer PNM adalah generasi Z yang lebih tech savy," kata Sunar saat menerima kunjungan 100 mahasiswa magister manajemen dari berbagai negara yang tergabung dalam Global Network for Advanced Management (GNAM) di Menara PNM, Selasa (17/10).
Sementara bagi nasabah yang belum melek digital, PNM menegaskan akan terus memberi literasi dan inklusi digital, antara lain melalui kerja sama dengan pihak ketiga.
Menurut Sunar, ketua kelompok adalah target utama PNM dalam memberikan literasi digital, di mana nasabah diajarkan tentang penggunaan media sosial dan e-commerce untuk megembangkan usaha, termasuk menjangkau pasar lebih luas.
"PNM mempersiapkan aplikasi PNM Digi Nasabah bagi yang sudah mahir menggunakan teknologi. Para ketua kelompok akan jadi target digitalisasi prioritas karena mereka yang akan menjadi perpanjangan tangan PNM dalam mengelola pinjaman anggota kelompok," kata SUnar.
Sebagai lembaga jasa keuangan non-bank yang berfungsi memberikan pendampingan bagi masyarakat prasejahtera yang tidak memiliki akses perbankan, PNM berkomitmen mendorong keberlanjutan usaha nasabah ultra mikro melalui pemberian modal finansial, intelektual dan sosial.
Sunar menyebut, ketiga hal tersebut merupakan modal prioritas yang dimulai dengan perihal finansial, kemudian diikuti digital.
"Ketika literasi keuangan sudah dipahami oleh nasabah akan lebih mudah untuk mengarahkan mereka memiliki produk keuangan selanjutnya baru bergerser ke literasi digital agar usaha mereka naik kelas," katanya.
(rea)