Nilai tukar rupiah bertengger di Rp15.798 per dolar AS pada Kamis (19/10) pagi. Mata uang Garuda melemah 68 poin atau minus 0,43 persen dibandingkan penutupan di hari sebelumnya.
Senada, mata uang Asia mayoritas layu. Rupee India turun 0,01 persen, baht Thailand minus 0,12 persen, peso Filipina jatuh 0,25 persen, ringgit Malaysia ambruk 0,34 persen, dan won Korea Selatan jatuh 0,49 persen.
Sedangkan penguatan dialami dolar Singapura yang naik 0,01 persen, dolar Hong Kong plus 0,03 persen, yuan China tumbuh 0,05 persen, dan yen Jepang bangkit 0,09 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, mata uang utama negara maju mayoritas lesu. Poundsterling Inggris turun 0,05 persen, euro Eropa plus 0,01 persen, franc Swiss layu 0,01 persen, dolar Australia amblas 0,50 persen, dan dolar Kanada turun 0,05 persen.
Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra melihat gerak rupiah akan kembali terinjak dolar AS menyusul kenaikan imbal hasil obligasi AS. Naiknya yield tersebut mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap suku bunga tinggi yang akan bertahan lama.
Sementara dari dalam negeri, rilis suku bunga Bank Indonesia (BI) yang diprediksi tetap di 5,75 persen dianggap tidak akan terlalu mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Memanasnya konflik Israel-Hamas yang dipicu hancurnya RS di Gaza akibat tembakan rudal juga mendorong penguatan harga aset safe haven, seperti dolar AS dan emas. Harga emas naik lagi kemarin ke kisaran US$1962 atau US$30 lebih tinggi dari level perdagangan sebelumnya," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com.
"Soal pendaftaran capres dan cawapres kelihatannya belum mempengaruhi rupiah karena masih jauh dari hasil pemilu," sambungnya.
Ia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.700 sampai Rp15.780 per dolar AS pada hari ini.